Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raymond Westerling, Hitler dari Belanda

Kompas.com - 28/01/2022, 09:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Pada Desember 1946, Westerling diberikan misi untuk menghancurkan para pejuang kemerdekaan Indonesia di Sulawesi Selatan.

Dalam menjalankan tugasnya, Westerling menggunakan caranya sendiri dan mengabaikan pedoman pelaksanaan bagi tentara.

Baca juga: Syafruddin Prawiranegara: Biografi, Kebijakan, dan Pemberontakan

Aksi pertamanya dilakukan pada 12 Desember 1946, dengan menyisir Kampung Batua dan menangkap beberapa orang yang dicurigai sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia.

Westerling kemudian memerintahkan untuk membunuh orang-orang yang dicurigai sebagai pejuang kemerdekaan tersebut di hadapan masyarakat.

Kekejaman itu merupakan awal dari teror yang dilakukan oleh Westerling dan pasukannya selama tiga bulan berikutnya.

Pasukan Westerling melakukan teror dengan menyiksa orang yang dicurigai sebagai pejuang kemerdekaan di depan keluarganya sebelum akhirnya dibunuh.

Selain itu, Westerling dan pasukannya juga melakukan teror dengan membakar rumah warga dan melemparinya dengan granat.

Teror yang dilakukan Westerling sebagai pemimpin pasukan DST menelan korban sedikitnya 40.000 orang.

Pembunuhan yang dilakukan oleh Belanda terhadap ribuan rakyat sipil yang berada di Sulawesi Selatan ini kemudian disebut sebagai Pembantaian Westerling.

Baca juga: Ario Soerjo: Kehidupan, Kiprah, dan Tragedi Pembunuhan

Pada awalnya, aksi Westerling dan pasukannya di Sulawesi Selatan mendapat apresiasi dari pemerintah Belanda.

Namun, perlahan muncul aduan bahwa selama Westerling menjalankan misinya, banyak ditemukan kasus pelanggaran HAM.

Bahkan pers mulai menuding bahwa kekejaman Westerling tidak ada bedanya dengan polisi rahasia Jerman semasa Hitler.

Untuk menghindari tuntutan ke pengadilan militer, pemerintah Belanda memilih untuk memberhentikan Westerling pada 16 November 1948.

Kudeta APRA

Setelah diberhentikan, Westerling diketahui membangun sebuah organisasi rahasia yang dinamakan Ratu Adil Persatuan Indonesia (RAPI) serta memiliki pasukan yang bernama Angkatan Perang Ratu Adil (APRA).

Kelompok Westerling ini kemudian melakukan teror dan upaya kudeta pada 23 Januari 1950 di Bandung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com