KOMPAS.com - Syafruddin Prawiranegara adalah seorang pejuang kemerdekaan yang pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan, Wakil Perdana Menteri RI, dan Gubernur Bank Indonesia Pertama.
Ia juga pernah ditunjuk untuk menjabat pimpinan PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia), ketika Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta diasingkan oleh Belanda ke Pulau Bangka.
Di lingkup pemerintahan, Syafruddin Prawiranegara juga dikenal sebagai sosok yang mencetuskan adanya Oeang Republik Indonesia (ORI), yang menjadi cikal bakal mata uang rupiah.
Namun, di sisi lain, ia tercatat terlibat dalam pemberontakan PRRI di Sumatera Tengah pada 1958 karena tidak puas dengan sikap demokrasi terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno.
Baca juga: Mohammad Djamil, Dokter Pejuang Kemerdekaan dan Kemanusiaan
Syafruddin Prawiranegara lahir di Serang, Banten, pada 28 Februari 1911. Ayahnya adalah Raden Arsyad Prawiraatmadja, yang merupakan seorang jaksa di Serang sebelum akhirnya dipindahkan oleh Belanda ke Jawa Timur sebagai camat.
Sedangkan ibunya adalah seorang berdarah biru dari Minangkabau yang dibuang ke Banten akibat Perang Paderi.
Syafruddin menempuh pendidikan di ELS (sekolah dasar zaman Hindia Belanda) di Serang pada 1925.
Setelah lulus pada 1928, ia melanjutkan pendidikan di MULO (sekolah menengah pertama zaman Hindia Belanda) di Madiun dan masuk di AMS (sekolah menengah umum zaman Hindia Belanda) di Bandung pada 1931.
Syafruddin kemudian melanjutkan ke Rechtshoogeschool atau Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang saat ini menjadi Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Baca juga: Arnaldo dos Reis Araújo, Gubernur Pertama Timor Timur
Selama menjalani studinya ini, ia turut berperan mendirikan perkumpulan mahasiswa, Unitas Studiorum Indonesiensis, yang didukung pemerintah kolonial Belanda sebagai alternatif dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia yang dianggap radikal dan pro-kemerdekaan.
Dari Rechtshoogeschool, Syafruddin berhasil mendapatkan gelar Meester in de Rechten (saat ini setara Magister Hukum).
Setelah itu, ia bekerja sebagai redaktur di koran Soeara Timur dan mengetuai Perkumpulan Radio Ketimuran pada sekitar tahun 1940-an.
Pada masa inilah, Syafruddin mulai menunjukkan sikap nasionalisnya, salah satunya dengan menunjukkan ketidaksetujuannya atas Petisi Soetardjo, yang berisi tentang pengakuan sepihak bahwa Indonesia adalah wilayah dari Kerajaan Belanda.
Pada masa pendudukan Jepang, Syafruddin diangkat menjadi kepala kantor pajak di Kediri, sebelum akhirnya dipindahkan ke Bandung.
Di saat yang sama, ia sering melontarkan kritik terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah militer Jepang yang dianggap tidak memuaskan.
Baca juga: Lukas Kustaryo, Pejuang yang Dijuluki Begundal Karawang
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Syafruddin ditunjuk untuk mengisi beberapa jabatan dalam lingkup pemerintahan Indonesia.
Berikut ini beberapa posisi yang pernah diisi oleh Syafruddin.
Baca juga: Mafia Berkeley, Begawan Ekonomi Orde Baru
Dalam bidang keuangan, Syafruddin Prawiranegara berperan besar dalam penerbitan Oeang Republik Indonesia (ORI), yang menjadi cikal bakal mata uang rupiah.