KOMPAS.com - Arnaldo dos Reis Araújo adalah Gubernur Timor Timur pertama yang menjabat sejak 1976 hingga 1978.
Araujo juga merupakan pendiri dan Ketua Umum Partai Apodeti atau Asosiasi Demokratik Rakyat Timor.
Apodeti adalah partai yang dikenal memperjuangkan integrasi Timor Timur ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Arnaldo dos Reis Araújo lahir di Ainaro, Timor Portugis, pada 20 Mei 1913. Sewaktu muda, ia bekerja sebagai peternak sapi di tempat tinggalnya.
Pada masa Perang Dunia II, Araujo mulai bertekad untuk membantu Jepang mengusir penjajah Portugis dari kampung halamannya.
Portugis sendiri sudah membangun koloni di Timor Timur sejak 1702. Mereka memiliki perkampungan kecil di Dili, Manatuto, Laleia, dan Vemasse.
Baca juga: Sejarah Timor Leste
Pada 1974, Arnaldo dos Reis Araújo memutuskan untuk mendirikan sebuah partai politik di Timor Timur yang bernama Asosiasi Demokratik Rakyat Timor atau disingkat Apodeti.
Apodeti berdiri pada 7 Mei 1974. Tujuan partai ini adalah untuk mengupayakan Timor Timur bergabung dengan Indonesia sebagai provinsi otonom.
Sayangnya, popularitas dari Partai Apodeti kalah jauh dibandingkan dengan Partai Fretilin, yang pro-kemerdekaan, dan Uni Demokrat Timur (UDT), yang lebih moderat.
Ketika Fretilin memproklamasikan kemerdekaan Timor Timur dari Portugal pada 28 November 1975, anggota Apodeti ternyata telah menandatangani Deklarasi Balibo, yang menyerukan agar Timor Timur bergabung dengan Indonesia.
Setelah pembebasan Kota Dili dari pasukan Fretilin pada 7 Desember 1975, atas nama seluruh rakyat Apodeti dan partai-partai lainnya, dinyatakan berdirinya Pemerintahan Sementara Timor Timur.
Baca juga: Integrasi Timor Timur ke Indonesia masa Orde Baru
Perisitwa ini terjadi pada 10 Desember 1975, dan Arnaldo dos Reis Araújo dipercaya untuk memimpin pemerintahan sementara didampingi Francisco Xavier Lopes da Cruz dari UDT sebagai wakilnya.
Araújo menjabat sebagai Ketua Pemerintahan Sementara Timor Timur (PSTT) dari 1975 hingga 1976.
Pada 7 Juni 1976, Arnaldo dos Reis Araújo menyampaikan Petisi Integrasi kepada Presiden Soeharto di Istana Negara.
Dalam petisinya itu, Araújo menyinggung bersatunya Hawaii dengan Amerika Serikat, yang notabene terpisahkan oleh samudra yang luas, bukan hal yang aneh.