Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Woodrow Wilson, Presiden AS Pendiri Liga Bangsa-Bangsa

Kompas.com - 19/01/2022, 16:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Britannica

Pada 1886, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di Universitas Johns Hopkins dan meraih gelar Ph.D di bidang sejarah pemerintahan.

Baca juga: Soekarno Presiden Seumur Hidup: Latar Belakang dan Kontroversinya

Karier

Ketika lulus, Woodrow Wilson sudah bekerja sebagai dosen di Bryn Mawr College, sebuah perguruan tinggi wanita di Philadelphia.

Ia mengajar tentang sejarah Yunani dan Romawi kuno, sejarah Amerika, dan ilmu politik.

Setelah kurang lebih lima tahun mengajar di Bryn Mawr College, Woodrow Wilson pindah ke Universitas Wesleyan di Connecticut, sebuah perguruan tinggi elite untuk kalangan pria.

Ia dikenal sebagai pengajar yang berbakat, hingga diangkat oleh Princeton menjadi Ketua Ekonomi Politik.

Sejak saat itu, kariernya kian berkembang dan merambah ke dunia politik pada 1896, di mana ia mendapat tawaran untuk bergabung dalam Demokrat William Jennings Bryan.

Namun, Woodrow Wilson menolak karena lebih mendukung calon yang konservatif, yaitu John M Palmer. Setelah masuk ke bidang politik, reputasinya terus meningkat.

Baca juga: Sejarah Perang Dunia I (1914-1918)

Menjadi Presiden AS

Antara 1910-1912, Woodrow Wilson pernah menjabat sebagai Gubernur New Jersey.

Pada 1912, ia mencalonkan diri sebagai Presiden AS dengan mengajukan sebuah program bernama Kebebasan Barn, yang isinya adalah penekanan tentang individualisme, hak-hak negara bagian, dan persamaan kesempatan bagi semua orang.

Woodrow Wilson berhasil memperoleh suara terbanyak dari rakyat dan resmi menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat ke-28 sejak 1913.

Dalam masa jabatannya, terjadi beragam peristiwa penting, salah satunya adalah Perang Dunia I.

Meski awalnya berusaha menghindari peperangan yang berkecamuk di Eropa, AS akhirnya terlibat juga pada 2 April 1917.

Pada tahun 1918, ketika Perang Dunia I mulai mereda, Presiden Wilson menyampaikan pidato di sesi gabungan Kongres Amerika Serikat.

Presiden Wilson menyampaikan visinya untuk mendamaikan Perang Dunia I melalui 14 pasal yang kemudian dikenal sebagai 14 Pasal Wilson atau Doktrin Wilson.

Baca juga: Kerugian yang Diderita Jerman Akibat Perjanjian Versailles

Isi 14 pasal Wilson adalah sebagai berikut.

  1. Perjanjian perdamaian dilakukan secara terbuka.
  2. Navigasi bebas di semua lautan.
  3. Penghapusan semua hambatan ekonomi antarnegara.
  4. Jaminan mengurangi jumlah persenjataan.
  5. Semua klaim kolonial tidak boleh memihak.
  6. Tentara Jerman harus meninggalkan Rusia dan Rusia harus dibiarkan mengembangkan politiknya sendiri.
  7. Belgia, seluruh dunia akan setuju, harus dievakuasi dan dipulihkan tanpa ada upaya untuk membatasi kedaulatan yang dirasakan negara lainnya.Tanpa pemulihan ini seluruh struktur dan keabsahan hukum internasional akan rusak.
  8. Semua wilayah Perancis harus dibebaskan dan bagian-bagian yang diserang dipulihkan, pelanggaran yang dilakukan Prusia (Jerman) pada 1871 dalam Perjanjian Alsace-Lorraine yang telah mengganggu perdamaian dunia selama hampir 50 tahun harus diperbaiki.
  9. Penyesuaian kembali perbatasan Italia di sepanjang garis batas yang dapat dikenali dengan jelas. Semua orang Italia diizinkan untuk tinggal di Italia.
  10. Rakyat Austria-Hungaria harus dilindungi, diberi kesempatan paling bebas untuk perkembangan otonom.
  11. Rumania, Serbia, dan Montenegro harus dievakuasi, Serbia diberikan akses bebas dan aman ke laut, jaminan internasional atas kemerdekaan politik dan ekonomi.
  12. Bagian Turki harus dijamin kedaulatannya yang aman, negara-negara lain yang berada di bawah pemerintahan Turki harus dijamin keamanan hidupnya.
  13. Negara Polandia merdeka harus mencakup wilayah yang dihuni oleh penduduk Polandia, dijamin akses yang bebas dan aman ke laut.
  14. Perkumpulan bangsa-bangsa harus dibentuk untuk menjamin kemerdekaan politik dan teritorial semua negara.

Baca juga: Mengapa Perang Dunia I Menyebar ke Berbagai Negara?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com