Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Turki Usmani

Kompas.com - 03/12/2021, 12:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Konstantinopel merupakan pusat dunia Barat sekaligus pertahanan Kristen terhadap Islam selama berabad-abad.

Selama itu pula, Konstantinopel selalu mendapat ancaman, tetapi mampu untuk terus bertahan. 

Sampai akhirnya, pasukan Turki Ottoman yang dipimpin oleh Muhammad Al-Fatih atau Mehmet II berhasil menjatuhkan Konstantinopel.

Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Usmani pada 29 Mei 1453, setelah dikepung oleh pasukan Mehmet II selama 53 hari.

Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan Turki Usmani membawa dampak yang sangat besar bagi bangsa Eropa juga Indonesia.

Baca juga: Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Turki

Sejarah Konstantinopel

Pada tahun 330  M, Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota kekaisaran di bawah Kaisar Romawi, Konstantinus Agung.

Selama 11 abad berikutnya, kota itu acap kali dikepung, tetapi hanya berhasil direbut sebanyak satu kali selama Perang Salib Keempat pada 1204.

Sejak itu, tentara Salib pun mulai mendirikan negara Latin di sekitar Konstantinopel, sementara Kekaisaran Bizantium terpecah menjadi negara-negara kecil, seperti Nicea, Epirus, dan Trebizond.

Kedua kubu ini saling bertempur untuk melawan pendirian negara Latin serta berjuang untuk takhta Bizantium mereka sendiri.

Pada akhirnya, tahun 1261, orang-orang Nicea berhasil merebut kembali Konstantinopel dari orang Latin.

Bangsa Nicea kemudian membangun kembali Kekaisaran Bizantium di bawah Dinasti Palaiologos.

Akan tetapi, lambat laun kekaisaran tersebut semakin lemah, akibat harus terus melawan berbagai serangan yang tiada henti dari orang Latin, Serbia, Bulgaria, dan Turki Usmani.

Baca juga: Kesultanan Utsmaniyah: Sejarah, Sultan, Kejayaan, dan Keruntuhan

Ilustrasi Penaklukan Konstantinopel oleh Turki Utsmani pimpinan Sultan Mehmed II.SHUTTERSTOCK/LESTERTAIR Ilustrasi Penaklukan Konstantinopel oleh Turki Utsmani pimpinan Sultan Mehmed II.

Jatuhnya Konstantinopel

Dua abad kemudian, yakni tahun 1451, Turki Usmani yang dipimpin oleh Mehmed II berencana membangun benteng di Bosphorus, beberapa mil di utara Konstantinopel.

Pada Oktober 1452, Mehmed memosisikan pasukannya di Pelopennese untuk memblokade Thomas dan Demetrios supaya tidak memberi bantuan kepada saudara mereka, Konstantin IX, yang menduduki takhta Bizantium.

Kemudian pada 6 April 1453, dengan berbekal senjata canggih, sebanyak 80.000 pasukan Muslim dipimpin Mehmed memulai serangan terhadap 8.000 pasukan Kristen yang dipimpin Konstantin IX.

Setelah 53 hari dikepung, akhirnya Konstantinopel pun jatuh ke tangan Turki Usmani pada 29 Mei 1453.

Jatuhnya Konstantinopel ke Turki Usmani menandakan bahwa kekuasaan Bizantium sudah berakhir.

Setelah menguasai kota, Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota Ottoman yang baru oleh Mehmed II.

Baca juga: Dampak Portugis di Malaka dan Maluku

Lukisan yang menggambarkan pertempuran sebelum jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Ottoman.Wikimedia Commons Lukisan yang menggambarkan pertempuran sebelum jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Ottoman.

Dampak Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Turki

Bagi Eropa

Bagi dunia Kristen, penaklukan Konstantinopel memengaruhi kehidupan agama, militer, ekonomi, dan psikologis mereka.

Mereka khawatir kerajaan Kristen Eropa lainnya akan bernasib sama dengan Konstantinopel.

Selain itu, banyak ilmuwan Yunani dari Konstantinopel yang mengungsi ke Eropa dan menumbuhkan ilmu pengetahuan di sana.

Sebelum jatuh ke tangan Turki, kota ini merupakan pusat perdagangan penting yang menjadi jalur dagang dari Asia ke Eropa.

Namun, setelah kota tersebut ditaklukkan, Turki Usmani melarang para pedagang Eropa untuk beraktifitas dan memonopoli perdagangan Eropa dengan Asia.

Akibatnya, jalur perdangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa terputus.

Selain itu, pedagang Eropa juga tidak bisa lagi membeli rempah-rempah yang diperdagangkan di kota Konstantinopel yang saat itu dikuasai Turki Usmani.

Baca juga: Faktor Penjelajahan Samudra Bangsa Eropa

Kondisi ini kemudian mendorong negara Eropa seperti Portugal dan Spanyol untuk mencari jalur perdagangan alternatif lain ke Asia, yang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah.

Portugal dan Spanyol menjadi pelopor bangsa Eropa dalam menjelajahi samudra untuk mencari jalan menuju Asia.

Ilustrasi pertempuran di Malaka.Atlas of Mutual Heritage Ilustrasi pertempuran di Malaka.

Dalam misi penjelajahan samudra itu, pelaut dari Spanyol dan Portugis menghasilkan pencapaian bersejarah.

Misalnya, Vasco da Gama menemukan jalur ke India, Alfonso de Albuquerque menaklukkan Malaka pada 1511, Antonio de Abreu mendapatkan rute ke Kepulauan Maluku pada 1512, dan masih banyak lainnya.

Jejak Portugis dan Spanyol dalam mengarungi samudra kemudian diikuti oleh bangsa-bangsa Eropa lainnya, seperti Inggris, Perancis, dan Belanda.

Baca juga: Perlawanan Maluku terhadap Portugis

Bagi Indonesia

Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani juga memberi dampak bagi Tanah Air, yaitu datangnya bangsa Barat ke Indonesia. 

Peristiwa sejarah yang terjadi di Eropa dan menandai terbukanya hubungan dagang antara Eropa dengan Indonesia adalah jatuhnya Konstantinopel.

Negara Barat pertama yang mendarat di Indonesia, tepatnya di Malaka adalah Portugis tahun 1511.

Portugis datang ke Indonesia setelah mendengar dari pedagang Asia bahwa Malaka memiliki kekayaan rempah-rempah yang melimpah.

Peta Kota Goa di India pada abad ke-16, ketika dikuasai oleh Portugis.Atlas of Mutual Heritage/Jan Huyghen van Linschoten Peta Kota Goa di India pada abad ke-16, ketika dikuasai oleh Portugis.

Oleh sebab itu, Raja Portugal mengutus Diogo Lopes de Sequeira untuk mencari Malaka.

Sesampainya Sequeira di Malaka, ia disambut dengan baik oleh Sultan Mahmud Syah.

Namun, Sultan Mahmud Syah diperingati oleh komunitas dagang Islam Internasional yang ada di Malaka, bahwa kedatangan Portugis ke kota tersebut adalah sebuah ancaman.

Sultan Mahmud pun memutuskan untuk menyerang Portugis. Pada April 1511, Alfonso de Albequerque berlayar dari Portugis ke Malaka dengan membawa pasukan sebanyak 1.200 orang.

Peperangan pun berlangsung yang kemudian dimenangkan oleh Portugis dan menguasai Malaka.

Setelah berhasil menguasai Malaka, Alfonso memerintahkan pasukannya untuk berlayar mencari kepulauan rempah-rempah.

Rombongan Alfonso tiba di Maluku tahun 1512. Sejak saat itu, Portugis memanfaatkan Maluku dengan memperdagangkan rempah-rempah yang ada di sana. Hal itulah yang menjadi awal penjajahan di Indonesia oleh bangsa Eropa.

 

Referensi: 

  • Crowley, Roger. (2011). 1453: Detik-Detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Muslim. (Ridwan Muzir, Terjemahan). Jakarta: Pustaka Alvabet.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com