Akibat tulisan tersebut, Ki Hajar Dewantara pun ditangkap oleh pemerintah Hindia Belanda dan akan dibuang ke Pulau Bangka. Namun, ia lebih memilih untuk dibuang ke Belanda.
Baca juga: Ki Hadjar Dewantara: Kehidupan, Kiprah, dan Semboyannya
Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah bernama Taman Siswa di Yogyakarta pada 3 Juli 1922.
Lewat Taman Siswa, ia berusaha memadupadankan pendidikan gaya Eropa dengan Jawa tradisional.
Di sekolah ini juga, Ki Hajar Dewantara menumbuhkan kesadaran terhadap siswa bumiputera akan hak-hak mereka untuk mendapat pendidikan.
Selain mendirikan sekolah, Ki Hajar Dewantara juga menciptakan semboyan pendidikan yang disebut Tut Wuri Handayani.
Isi dari Tut Wuri Handayani yaitu:
Bagi Ki Hajar Dewantara, pengajaran dalam pendidikan dimaknai sebagai upaya membebaskan anak didik dari ketidaktahuan serta sikap iri, dengki, dan egois.
Baca juga: 3 Semboyan Ki Hajar Dewantoro
Selain mencetuskan tiga semboyan, Ki Hajar Dewantara juga mencetuskan lima asas pendidikan yang dikenal dengan Pancadharma, yakni:
Asas kodrat alam yaitu meyakini secara kodrati akal pikiran manusia dapat berkembang dan dikembangkan.
Selanjutnya kemerdekaan, yang berarti para peserta didik diarahkan untuk merdeka batin, pikiran dan tenaganya.
Pendidik tidak hanya memberikan pengetahuan searah, tetapi membebeaskan peserta didik untuk merdeka mengembangkan dirinya secara mandiri.
Asas ketiga ialah kebudayaan. Asas ini ingin menyadarkan peserta didik bahwa pendidikan didasari sebagai sebuah proses yang dinamis dan tidak berhenti.
Berikutnya adalah asas kebangsaan. Asas kebangsaan ini memperjuangkan prinsip rasa kebangsaan yang harus tumbuh dalam dunia pengajaran.
Diharapkan pendidikan dapat mengatasi segala perbedaan dan diskriminasi berdasarkan daerah, suku, keturunan, dan agama.
Baca juga: Alasan Ki Hajar Dewantara Dikenal sebagai Bapak Pendidikan
Pancadharma yang terakhir adalah asas kemanusiaan. Asas ini menempatkan posisi manusia Indonesia dalam hubungan persahabatan antarbangsa.