Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kwee Tek Hoay: Kehidupan, Kiprah, Karya, dan Akhir Hidup

Kompas.com - 01/12/2021, 10:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kwee Tek Hoay merupakan sastrawan Melayu Tionghoa asal Bogor yang banyak menulis novel dan drama. 

Beberapa karya Kwee Tek Hoay yang terkenal di antaranya adalah Drama di Boven Digoel, Boenga Roos dari Tjikembangh, Atsal Moelahnja Timboel, Pergerakan Tionghoa jang Modern di Indonesia, dan Drama dari Krakatau.

Karya-karyanya banyak diilhami oleh realitas yang berkembang dalam masyarakat Tionghoa di Indonesia.

Tidak hanya itu, novel, drama, dan syair ciptaannya dikenal bernuansa pembaruan.

Baca juga: Biografi Chairil Anwar, Si Binatang Jalang

Masa muda

Kwee Tok Hay adalah sastrawan Indonesia peranakan Tionghoa yang lahir di Bogor pada 13 Juli 1886. 

Ia pertama kali menyenyam pendidikan di sekolah Tionghoa tradisional pada 1894. Selama sekolah, ia banyak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran.

Hal itu karena Kwee Tok Hay tidak memahami bahasa Hokkian, yang menjadi bahasa pengantar di sekolahnya.

Oleh karenanya, ia pun sering bolos dari sekolah dan memilih untuk membantu ayahnya berdagang menjajakan dagangan tekstil dari rumah ke rumah.

Menginjak remaja, Kwee Tek Hoay mulai menggeluti dunia dagang. Di kalangan masyarakat di Bogor, ia dikenal sebagai pedagang yang sangat ulet. 

Berkat keuletannya, ia berhasil memiliki toko serba ada di Bogor. Di sisi lain, ia masih menyempatkan diri untuk memikirkan persoalan yang menyangkut masyarakat Tionghoa. 

Saat masih berusia 20 tahun, Kwee Tek Hoay menikah dengan seorang gadis peranakan Tionghoa juga bernama Oei Hiang Nio.

Ia pun membina sang istri agar dapat membantunya menjalankan usaha dagangnya.

Baca juga: Biografi Ahmad Tohari

Novel Boenga Roos dari TjikembangWikipedia/Ennio Morricone Novel Boenga Roos dari Tjikembang

Terjun ke dunia sastra

Memasuki tahun 1905, Kwee Tek Hoay mulai aktif menulis. Fokus utama isi tulisannya adalah masalah kemasyarakatan Tionghoa.

Novel pertama yang ia tulis berjudul Yashuko Ochida atau Pembalesannja Satoe Prampoean Japan. Naskah itu diterbitkan dengan cara bersambung dalam majalah Ho Po, Bogor. 

Ketika Perang Dunia II terjadi, Kwee Tek Hoay menulis sebuah artikel bertajuk "Pemandangan Perang Dunia I Tahun 1914-1918" yang dimuat di surat kabar Sin Po.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com