KOMPAS.com - Pada abad ke-16, Portugis datang ke Indonesia. Mereka mendirikan sekolah yang bertujuan untuk memberikan pendidikan baca, tulis, dan hitung.
Setelah itu, ketika Belanda mulai masuk ke Indonesia, kegiatan mengajar yang dilakukan Portugis mulai berhenti karena digantikan dengan sekolah yang didirikan Belanda.
Memasuki tahun 1627, Belanda memperluas pendidikan di Pulau Jawa dengan mendirikan sekolah di Jakarta.
Kemudian, memasuki abad ke-19, Belanda sudah mendirikan sebanyak 20 sekolah untuk Indonesia.
Baca juga: Usaha-Usaha Menembus Blokade Ekonomi
Tahun 1899, era Ratu Juliana di Kerajaan Belanda, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Deventer menerapkan Politik Etis di Indonesia.
Salah satu kebijakan yang ada dalam Politik Etis adalah edukasi dan pendidikan.
Untuk memenuhi kebijakan tersebut, Belanda kemudian mendirikan beberapa sekolah untuk kalangan pribumi, baik kelas bawah, menengah, maupun tingkat tinggi.
Perkembangan pendidikan di Indonesia mulai lebih progresif setelah memasuki tahun 1900.
Secara umum, sistem pendidikan di Indonesia pada masa Belanda diterapkan dengan cara:
Akan tetapi, meskipun kalangan pribumi diperbolehkan untuk bersekolah, perbedaan perilaku terhadap rakyat bumiputra masih ketara.
Hal ini dapat dilihat dengan dibedakannya kesempatan untuk memasuki sekolah bagi golongan atas dengan golongan bawah.
Untuk memasuki sekolah tertentu, rakyat dari golongan bawah masih dipersulit dengan berbagai aturan-aturan yang memberatkan.
Hal ini memang sengaja dilakukan agar rakyat pribumi hanya menduduki sekolah pada tingkat rendah saja.
Baca juga: Jibakutai, Pasukan Berani Mati pada Masa Jepang
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, Belanda mulai memperkenalkan sistem pendidikan formal pada rakyat Indonesia.
Adapun sistem pendidikan yang diterapkan adalah sebagai berikut: