Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Rudal Kuba: Latar Belakang dan Akhir

Kompas.com - 10/11/2021, 09:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber History

KOMPAS.com - Krisis Rudal Kuba atau Krisis Oktober 1962, adalah sebuah ketegangan yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet di mana kedua belah pihak unjuk kekuatan rudal.

Peristiwa ini berlangsung antara 16 Oktober 1962 hingga 20 November 1962, ketika AS menempatkan rudal berkekuatan nuklir di Italia dan Turki, diimbangi dengan penempatan senjata serupa oleh Uni Soviet di Kuba.

Dalam pidatonya, Presiden John F. Kennedy membeberkan keputusannya untuk memblokade laut di sekitar Kuba dan menyatakan bahwa AS siap menggunakan kekuatan militer yang diperlukan untuk menetralisir ancaman terhadap negaranya.

Menyusul pidato tersebut, semua orang semakin khawatir dunia berada di ambang perang nuklir. Lantas, mengapa terjadi Krisis Rudal Kuba?

Latar belakang Krisis Rudal Kuba

Setelah berhasil merebut kekuasaan di Kuba pada 1659, pemimpin revolusioner sayap kiri, Fidel Castro, bersekutu dengan Uni Soviet. Sejak itu, militer dan ekonomi Kuba sangat bergantung pada Uni Soviet.

Selama periode ini, AS dan Soviet (dengan sekutunya masing-masing) terlibat dalam Perang Dingin (1945-1991).

Ketegangan antara dua negara adidaya tersebut meningkat saat pesawat mata-mata AS melintasi langit Kuba pada 14 Oktober 1962 dan mengetahui ada rudal balistik yang tengah dirakit.

Selama dua minggu berikutnya, Presiden Kennedy bersama para pejabat negara terus berdiskusi tentang keberadaan senjata nuklir yang hanya berjarak 90 mil dari pantai AS itu.

Bagi pihak Soviet, pemasangan rudal di Kuba ini sebagai cara untuk menyamakan kedudukan dengan AS.

Pasalnya, Soviet telah lama dibuat tidak nyaman dengan sejumlah senjata nuklir AS yang tersebar di Eropa Barat dan Turki.

Soviet juga melakukan manuver ini untuk merespon Invasi Teluk Babi yang dilakukan oleh AS terhadap Kuba pada 1961.

Baca juga: Mengapa Invasi Teluk Babi Gagal?

Skenario Presiden Kennedy

Sejak awal krisis, Presiden Kennedy tidak mau berdiam dengan kehadiran rudal balistik Uni Soviet di Kuba.

Pihaknya ingin memindahkan rudal tersebut tanpa memulai konflik yang lebih besar atau bahkan perang nuklir.

AS kemudian datang dengan berbagai macam skenario, termasuk menyerang situs tersebut dengan bom dan menginvasi Kuba.

Namun, Presiden Kennedy kemudian memutuskan untuk menggunakan pendekatan yang lebih terukur.

Pertama, ia akan mempekerjakan Angkatan Laut AS untuk membangun blokade, atau karantina, pulau tersebut guna mencegah Soviet mengirimkan rudal dan peralatan militer tambahan.

Kedua, Presiden Kennedy akan menyampaikan ultimatum agar rudal tersebut disingkirkan dari Kuba.

Dalam siaran televisi pada 22 Oktober 1962, presiden memberi tahu AS tentang keberadaan rudal dan menjelaskan keputusannya untuk memberlakukan blokade.

Presiden Kennedy juga memperjelas bahwa AS siap menggunakan kekuatan militer jika perlu untuk menetralisir ancaman yang dirasakan terhadap keamanan negaranya.

Setelah deklarasi publik itu, orang-orang di seluruh dunia sangat penasaran dengan tanggapan Soviet.

Beberapa orang Amerika pun takut negaranya berada di ambang perang nuklir, sehingga mereka memilih untuk menimbun persediaan makanan dan kebutuhan sehari-hari.

Baca juga: Invasi Teluk Babi di Kuba (1961)

AS memblokade Kuba

Ketegangan mulai memuncak pada 24 Oktober 1962, saat kapal-kapal Uni Soviet menuju Kuba dan mendekati armada AS yang tengah melakukan blokade.

Apabila kapal-kapal Soviet menembus blokade tersebut, perang nuklir sangat mungkin terjadi.

Namun, kapal-kapal Soviet ternyata berhenti di depan barisan blokade dan berdiam selama beberapa hari.

Ketegangan terus berlangsung hingga 27 Oktober, ketika sebuah pesawat pengintai AS ditembak jatuh ketika melintasi Kuba, dan pasukan invasi AS disiapkan di Florida.

Mayor Rudolf Anderson, yang mengendalikan pesawat tersebut menjadi satu-satunya korban tempur AS dari Krisis Rudal Kuba.

Krisis Rudal Kuba berakhir

Pada akhirnya, bencana besar dapat dihindari ketika AS menyetujui tawaran pemimpin Soviet, Nikita Khrushchev.

Pada 26 Oktober, Khrushchev mengirim pesan ke Kennedy, di mana ia berjanji akan menyingkirkan rudalnya dari Kuba asalkan AS setuju untuk tidak menyerang Kuba dan mengambil instalasi misil mereka di Turki.

Pemerintahan Kennedy memutuskan untuk menerima persyaratan pertama dan mengabaikan persyaratan yang kedua.

Namun, secara pribadi, para pejabat Amerika juga setuju untuk menarik rudal negara mereka dari Turki.

Jaksa Agung AS, Robert Kennedy, secara pribadi menyampaikan pesan tersebut kepada duta besar Soviet di Washington.

Meski Perang Dingin masih jauh dari kata selesai, AS dan Soviet sepakat untuk menandatangani dua perjanjian tekait senjata nuklir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com