Untuk pertama kalinya, samurai mengambil tanggung jawab untuk memerintah melalui cara sipil daripada melalui kekuatan militer. Bahkan banyak samurai dipaksa menjadi birokrat atau melakukan perdagangan.
Ieyasu juga mengeluarkan titah, di mana samurai diperintahkan untuk berlatih senjata secara setara dan belajar "sopan" sesuai dengan prinsip-prinsip Konfusianisme.
Keyakinan yang relatif konservatif ini, dengan penekanannya pada kesetiaan dan kewajiban, menjadi ajaran yang dominan di kalangan samurai dan mengalahkan ajaran Zen.
Namun, kesejahteraan samurai sebenarnya menurun selama Keshogunan Tokugawa.
Pada pertengahan abad ke-19, stabilitas rezim Tokugawa goyah karena berbagai macam faktor.
Akibatnya, muncul perlawanan, termasuk dari samurai, yang menyerukan pemulihan kekuasaan kekaisaran.
Pada 1866, meletus Restorasi Meiji yang berhasil meruntuhkan feodalisme di Jepang, sekaligus menghilangkan hak-hak istimewa yang sebelumnya dimiliki samurai.
Ironisnya, Restorasi Meiji sebenarnya didukung oleh anggota samurai, Yoshida Shouin. Menjelang 1880-an, penggunaan pedang mulai dilarang bagi siapapun, kecuali tentara nasional.
Kebiijakan itu memicu munculnya pemberontakan dari para samurai, sementara sebagian lainnya memilih untuk bergabung dengan Black Dragon Society yang terkenal kejam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.