Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Samurai: Sejarah, Senjata, Kode Etik, dan Pembubaran

Golongan ini muncul sebagai prajurit provinsi, sebelum akhirnya naik ke tampuk kekuasaan pada abad ke-12, ketika Jepang mulai dikuasai oleh diktator yang dikenal sebagai shogun.

Selama Jepang diperintah oleh keshogunan (abad ke-12 hingga abad ke-19), samurai menjadi kekuatan militer bagi shogun dan daimyo (pimpinan daerah).

Restorasi Meiji yang berlangsung antara 1868-1869 tidak hanya mengakhiri keshogunan di Jepang, tetapi juga dominasi samurai.

Sejarah awal samurai

Apabila diterjemahkan, kata "samurai" berarti "mereka yang melayani" atau "pengikut". Di Jepang, samurai awalnya dikenal sebagai bushi (prajurit).

Istilah samurai sendiri baru digunakan pada awal abad ke-10, untuk menunjukkan kedudukan yang lebih tinggi dari bushi atau prajurit biasa.

Selama zaman Heian (794-1185), samurai adalah pendukung bersenjata dari pemilik tanah yang dulunya bekerja di istana kekaisaran.

Pada pertengahan abad ke-12, kekuatan politik di Jepang secara bertahap bergeser dari kaisar dan bangsawan di Kyoto ke kepala klan di perkebunan.

Perang Gempei yang berlangsung antara 1180-1885, menjadi pertempuran antara dua klan besar (Taira dan Minamoto), dalam perebutan kendali atas Jepang.

Perang berakhir ketika salah satu pahlawan samurai paling terkenal dalam sejarah Jepang, Minamoto Yoshitsune, membawa klannya menuju kemenangan atas Taira.

Setelah itu, saudara tiri Minamoto Yoshitsune yang bernama Minamoto Yoritomo menobatkan diri sebagai shogun dan mendirikan pemerintahan di Kamakura.

Peristiwa ini menandai dimulainya Keshogunan Kamakura di Jepang, sekaligus masa kebangkitan samurai.

Sebab, status samurai menjadi sangat istimewa dan otoritas Yoritomo sangat bergantung pada kekuatan mereka.

Selain itu, tidak ada yang bisa menyebut dirinya sebagai samurai tanpa izin Yoritomo.

Kode etik samurai

Ketika Buddhisme Zen dari China masuk ke Jepang, samurai tertarik dengan ajaran ini.

Ritualnya yang keras dan sederhana, serta keyakinan bahwa keselamatan akan datang dari dalam, memberikan latar belakang filosofis yang ideal untuk kode etik samurai itu sendiri.

Para samurai mengikuti kode tidak tertulis, yang kemudian diformalkan sebagai bushido (jalan pejuang).

Kode etik yang dikembangkan sejak abad ke-16 ini mengharuskan seorang samurai mempraktikan kepatuhan, keterampilan, disiplin diri, pengorbanan diri, keberanian, dan kehormatan.

Meskipun bushido bervariasi di bawah pengaruh pemikiran Buddha dan Konfusianisme, semangat pejuangnya tetap, termasuk penekanan pada keterampilan militer dan keberanian dalam menghadapi musuh.

Bushido juga menekankan berhemat, kebaikan, kejujuran dan kepedulian terhadap anggota keluarga, terutama orang yang lebih tua.

Senjata samurai

Samurai sebenarnya menggunakan berbagai macam senjata, tetapi senjata utama mereka adalah pedang, yang dikenal sebagai chokuto.

Chokuto adalah pedang lurus yang ramping dan lebih kecil yang digunakan oleh kesatria abad pertengahan.

Ketika teknik pembuatan pedang berkembang, samurai beralih ke pedang melengkung, yang akhirnya berkembang menjadi katana.

Sejak saat itu, pedang yang paling identik dengan samurai adalah katana, yang biasanya dibawa dengan daisho, yakni simbol yang digunakan secara eksklusif oleh kelas samurai.

Eratnya kehidupan seorang samurai dengan pedang bahkan membuat masyarakat kerap menyebut katana sebagai samurai.

Pada zaman dulu, kehormatan samurai dikatakan berada di pedangnya. Begitu pula ketika mereka meninggal, jiwanya ada di katananya.

Pada 1588, hak untuk membawa pedang dibatasi hanya untuk samurai, yang menciptakan pemisahan antara mereka dan kelas petani.

Samurai selama periode ini menjadi "manusia dua pedang", mengenakan pedang pendek dan panjang sebagai tanda hak istimewanya.

Selain katana, samurai juga sering menggunakan yumi (busur), yari (tombak), dan tanegashima (senjata api laras panjang) yang muncul pada abad ke-16.

Samurai di bawah Keshogunan Tokugawa

Pada awal abad ke-17, Jepang diperintah oleh Tokugawa Ieyasu, yang membawa perdamaian dan kemakmuran di Jepang selama kurang lebih 250 tahun.

Untuk pertama kalinya, samurai mengambil tanggung jawab untuk memerintah melalui cara sipil daripada melalui kekuatan militer. Bahkan banyak samurai dipaksa menjadi birokrat atau melakukan perdagangan.

Ieyasu juga mengeluarkan titah, di mana samurai diperintahkan untuk berlatih senjata secara setara dan belajar "sopan" sesuai dengan prinsip-prinsip Konfusianisme.

Keyakinan yang relatif konservatif ini, dengan penekanannya pada kesetiaan dan kewajiban, menjadi ajaran yang dominan di kalangan samurai dan mengalahkan ajaran Zen.

Namun, kesejahteraan samurai sebenarnya menurun selama Keshogunan Tokugawa.

Pembubaran

Pada pertengahan abad ke-19, stabilitas rezim Tokugawa goyah karena berbagai macam faktor.

Akibatnya, muncul perlawanan, termasuk dari samurai, yang menyerukan pemulihan kekuasaan kekaisaran.

Pada 1866, meletus Restorasi Meiji yang berhasil meruntuhkan feodalisme di Jepang, sekaligus menghilangkan hak-hak istimewa yang sebelumnya dimiliki samurai.

Ironisnya, Restorasi Meiji sebenarnya didukung oleh anggota samurai, Yoshida Shouin. Menjelang 1880-an, penggunaan pedang mulai dilarang bagi siapapun, kecuali tentara nasional.

Kebiijakan itu memicu munculnya pemberontakan dari para samurai, sementara sebagian lainnya memilih untuk bergabung dengan Black Dragon Society yang terkenal kejam.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/02/080000579/samurai-sejarah-senjata-kode-etik-dan-pembubaran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke