Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jibakutai, Pasukan Berani Mati pada Masa Jepang

Kompas.com - 12/08/2021, 13:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jibakutai adalah pasukan perang bunuh diri yang dibentuk Jepang di Indonesia pada 8 Desember 1944. 

Arti dari Jibakutai sendiri adalah pasukan berani mati. 

Sejak terbentuk, jumlah anggota di Jibakutai mencapai 50.000 orang. 

Kemudian, pasca-kemerdekaan Indonesia, Jibakutai berubah nama menjadi Barisan Berani Mati (BBM). 

Baca juga: Pertempuran Krueng Pandjo: Latar Belakang dan Pertempurannya

Peran

Pembentukan Jibakutai terinspirasi dari pasukan Kamikaze dalam Perang Dunia II di Jepang. 

Kata Jibakutai jika diserap dalam bahasa Indonesia berarti menyerang dengan cara menabrakkan diri (tubuh dipersenjatai bom atau peledak) pada musuh. 

Sejak dibentuk pada 8 Desember 1944, seluruh anggota Jibakutai kurang lebih ada 50.000 orang prajurit. 

Meskipun Jibakutai berarti pasukan berani mati, tetapi pasukan ini sama dengan barisan semimiliter lain, dipersiapkan hanya sebagai pendukung tentara Jepang. 

Oleh sebab itu, Jibakutai bukanlah sebagai pasukan utama yang berada di garda terdepan ketika peperangan berlangsung. 

Jibakutai berperan sebagai pasukan pendukung yang akan maju jika dibutuhkan atau diperintahkan ketika situasi genting. 

Untuk itu, Jibakutai selalu berdampingan dengan Pembela Tanah Air (PETA) dan pasukan lainnya. 

Akan tetapi, secara kedudukan, Jibakutai tidak memiliki struktur kemiliteran yang setara.

Hal ini disebabkan karena seluruh anggota Jibakutai sebagian besar tidak memiliki pendidikan dasar kemiliteran. 

Anggota dari Jibakutai berasal dari warga pribumi biasa dengan profesi yang beragam, mulai dari guru, wartawan, petani, dan lain-lain. 

Baca juga: M Yusuf Ronodiputro, Penyiar Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Aksi Barisan Berani Mati

Dalam dunia militer, Jibakutai tidak pernah berada dalam keberadaan nyata sebagai organisasi monolitis seperti yang lainnya. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com