Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rambu Solo, Upacara Pemakaman Adat Toraja

Kompas.com - 01/11/2021, 09:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.comRambu Solo merupakan upacara pemakaman adat Toraja, Sulawesi Selatan yang mewajibkan keluarga almarhum membuat pesta sebagai tanda penghormatan terakhir.

Arti kata Rambu Solo dalam bahasa Toraja adalah asap yang mengarah ke bawah.

Baca juga: Tongkonan, Rumah Adat Toraja

Sejarah Rambu Solo

Rambu Solo merupakan upacara pemakaman adat yang mengharuskan keluarga almarhum mengadakan pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang telah meninggal.

Upacara adat Rambu Solo ini sudah dimulai kira-kira pada abad ke-9 dan dilaksanakan turun-temurun sampai saat ini.

Secara harafiah, dalam bahasa Toraja arti kata Rambu Solo adalah asap yang arahnya ke bawah.

Maksud dari asap ke bawah adalah ritus-ritus persembahan (asap) untuk orang yang mati dilaksanakan sesudah pukul 12.00, saat matahari mulai turun atau terbenam.

Istilah dari Rambu Solo sendiri terbentuk dari tiga kata, yaitu aluk (keyakinan), rambu (asap atau sinar), dan turun.

Dengan demikian, aluk rambu solo diartikan sebagai upacara yang dilangsungkan saat sinar matahari mulai turun (terbenam).

Selain aluk rambu solo, upacara adat ini juga memiliki sebutan lain, yaitu aluk rampe matampu.

Aluk (keyakinan), rampe (sebelah atau bagian), dan matampu (barat). Jadi, aluk rampe matampu adalah upacara yang dilangsungkan di sebelah barat rumah.

Upacara Rambu Solo biasanya dilakukan dengan memperhatikan strata sosial orang yang meninggal.

Apabila mereka termasuk dalam kelompok berada atau bangsawan, maka upacara Rambu Solo biasanya akan dilangsungkan dengan cara yang mewah.

Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa mereka memang berasal dari kelompok atas atau bangsawan.

Bagi keluarga yang sedang mengadakan Rambu Solo, biasanya akan diberikan dua jenis hewan dari keluarga atau kenalan pada orang yang sedang melakukan Rambu Solo.

Hewan yang biasanya diberikan adalah babi atau kerbau.

Tujuan pemberian hewan ini sebagai tanda kasih dan turut berduka sebagai kerabat.

Baca juga: Taa dan Sapei Sapaq, Pakaian Adat Kalimantan Utara

Tata Cara Upacara

Sebelum upacara Rambu Solo dimulai, akan diadakan pertemuan keluarga lebih dulu.

Kemudian pembuatan pondok-pondok upacara, menyediakan peralatan upacara, dan persediaan kurban dala upacara.

Setelah itu, akan dilakukan pemotongan kerbau atau babi. Jumlah kerbau atau babi yang akan dipotong disesuaikan dengan strata masyarakat suku Toraja.

Bila golongan bangsawan (Rapasan) yang meninggal dunia, maka jumlah kerbau atau babi yang akan dipotong untuk keperluan acara akan jauh lebih banyak, sekitar 24–100 ekor.

Sedangkan untuk masyarakat menengah (Tana’bassi) biasanya akan menyembelih sekitar 8-50 ekor babi dan kerbau.

Upacara Rambu Solo diadakan selama tiga sampai tujuh hari.

Sebelum upacara Rambo Solo dilakukan, jenazah masih belum boleh dikubur di tebing atau di tempat tinggi.

Oleh sebab itu, tidak jarang jenazah akan disimpan selama bertahun-tahun di atas tumah sampai keluarga almarhum mampu menyiapkan hewan kurban.

Namun, setelah upacara Rambu Solo selesai, mayat akan dimasukkan dalam peti dan diarak ke tempat peristirahatan terakhirnya, dikuburkan ke tebing.

Baca juga: Bundo Kanduang, Pakaian Adat Sumatera Barat

Jenis Upacara

Jenis upacara yang dilakukan suku Toraja ditentukan oleh status orang yang meninggal tersebut.

Ada empat macam tingkatan dalam upacara Rambu Solo, yaitu:

  • Upacara Dasili, untuk strata sosial paling rendah
  • Upacara Dipasangbogi, untuk rakyat biasa, hanya dilakukan satu malam
  • Upacara Dibatang atau Digoya Tedong, upacara untuk bangsawan menengah dan bangsawan tinggi yang tidak mampu
  • Upacara Rampasan, untuk bangsawan tinggi.

 

Referensi:

  • Panggara, Robi. (2015). Upacara Rambu Solo di Tana Toraja: Memahami Bentuk Kerukunan di Tengah Situasi Konflik. Sekolah Tinggi Theologia Jaffray dan Kalam Hidup.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Peninggalan Kerajaan Ternate

6 Peninggalan Kerajaan Ternate

Stori
Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Alasan Umar bin Abdul Aziz Memerintahkan Pembukuan Hadis

Stori
Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Pablo Picasso, Pelopor Karya Seni Rupa Kubisme

Stori
Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi Iran

Stori
Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Stori
4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

4 Pahlawan Perempuan dari Jawa Tengah

Stori
Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Biografi Sitor Situmorang, Sastrawan Angkatan 45

Stori
Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Peran Sunan Ampel dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Stori
Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Sejarah Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung

Stori
Sejarah Penemuan Angka Romawi

Sejarah Penemuan Angka Romawi

Stori
7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

7 Organisasi Persyarikatan Muhammadiyah

Stori
Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Natipij, Organisasi Kepanduan Islam Era Hindia Belanda

Stori
7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

7 Situs Sejarah di Kabupaten Kediri

Stori
Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Sejarah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Stori
Sejarah Pura Luhur Batukaru di Tabanan

Sejarah Pura Luhur Batukaru di Tabanan

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com