Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa Bercocok Tanam di Indonesia

Kompas.com - 27/09/2021, 10:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Beliung dan kapak batu ditemukan tersebar di seluruh kepulauan dan sering kali dianggap sebagai petunjuk umum tentang masa bercocok tanam di Indonesia.

Berikut ini adalah beberapa alat yang dihasilkan masyarakat Indonesia selama masa bercocok tanam.

  • Beliung persegi
  • Kapak lonjong
  • Alat-alat obsidian (batu kecubung)
  • Mata panah
  • Gerabah
  • Alat pemukul kulit kayu
  • Perhiasan

Kehidupan ekonomi

Pada periode ini, manusia purba dapat memproduksi makanan sendiri (food producing) dengan cara bercocok tanam dan beternak.

Masyarakat nusantara mulai mengenal sistem pertanian dengan bersawah sejak Zaman Neolitikum.

Tanaman yang dibiakkan pada masa ini misalnya adalah padi, keladi, ubi, sukun, pisang, kentang, jagung, kedelai, dan beberapa jenis buah-buahan.

Di sisi lain, masyarakatnya juga telah mengenal teknik penjinakan hewan dan bertukar barang.
Hewan-hewan seperti anjing, babi, kerbau, kuda, dan jenis-jenis unggas akan dipelihara untuk persediaan makanan dan keperluan pertanian.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia prasejarah pada periode ini kerap menukar hasil bercocok tanam mereka.

Baca juga: Apa itu Food Producing dan Food Gathering?

Kehidupan sosial

Pada masa bercocok tanam, manusia purba mulai meninggalkan hidup nomaden dan tinggal menetap.

Menilik kondisi beberapa tempat penemuan, masyarakatnya cenderung untuk mendiami tempat-tempat terbuka yang dekat dengan air, seperti di pinggir sungai, tepian danau, dan daerah pantai.

Karena hunian mereka telah menetap, ada kemungkinan masyarakatnya hidup secara berkelompok dan membentuk perkampungan kecil.

Dalam sebuah kampung biasanya terdiri dari beberapa keluarga dan hidup secara gotong royong dengan sistem pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki.

Misalnya para laki-laki bertugas membangun rumah, sementara kaum perempuan akan merawat dan menghiasnya.

Mereka juga menunjuk ketua suku dan memiliki aturan hidup sederhana yang harus dijalani anggotanya.

Sementara bentuk rumah mereka kebulat-bulatan dengan atap terbuat dari daun dan langsung menempel di tanah.

Bentuk seperti ini diduga bentuk yang paling tua di Indonesia dan sampai sekarang masih dapat dijumpai di Timor, Papua, Kalimantan Barat, dan Andaman.

Baca juga: Nomaden: Sejarah dan Perkembangannya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com