Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terowongan Niyama Romusha: Sejarah, Pembangunan, dan

Kompas.com - 30/08/2021, 12:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Para pekerja harus membuat saluran terbuka dengan meratakan punggung bukit, batu-batu kapur di dasar punggung bukit harus dihancurkan. 

Namun, karena tidak cukupnya bubuk peledak, pihak pembangunan meminta bantuan kepada Departemen Transportasi Jepang di Jakarta, tetapi ditolak.

Bantuan pun datang dari Kepala Departemen Industri, Tennichi Koichi. 

Ia berminat terhadap proyek tersebut karena dianggap berpotensi untuk meningkatkan produksi pertanian. 

Sebelum bukit diledakkan, staf Residen Kediri mendapat informasi dari warga bahwa rawa-rawa itu sebelumnya dijadikan landasan bagi korps penerbangan Angkatan Laut Belanda. 

Rupanya, di dalam rawa-rawa tersebut terdapat 23 bom yang ditanam oleh Belanda. 

Selain menggunakan peledak, karesidenan juga meminjam mesin pengebor dan kompresor dari Ishihara Sangyo Co. Ltd. Departemen Administrator Militer di Jakarta.

Mereka mengirimkan seorang kapten Angkatan Darat, seorang insinyur sipil yang berpengalaman dalam pembangunan terowongan. 

Baca juga: Ibnu Sutowo dan Amputasi yang Melejitkan Kariernya

Kendala

Suatu waktu, proses pembangunan terowongan mengalami kendala, mobilisasi romusha tersendat, bahkan berkurang. 

Selain karena lokasi daerah mereka tertutup rawa dan hutan penuh binatang buas, saat itu penyakit malaria juga sedang merebak. 

Banyak romusha yang kemudian sakit sampai meninggal dunia. 

Untuk mengatasi berkurangnya romusha, pangreh praja dan pejabat desa dikerahkan untuk merekrut romusha secara paksa. 

Seorang kepala desa Gurah di Tulungagung mengirim sekitar 500 orang dari desanya.

Pembangunan terowongan ini ditargetkan selesai pada awal Juni, tetapi meleset jadi Juli 1944. 

Pembangunan Kembali

Terowongan ini dalam bahasa Jawa disebut Tumpak Oyot (Akar Gunung), diterjemahkan Nishida, pekerja Karesidenan Kediri, menjadi Neyama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com