KOMPAS.com - Abad ke-19 adalah awal periode modern bagi umat Islam di mana mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa bangsa Barat mengalami kemajuan peradaban yang luar biasa.
Keadaan ini kemudian mendorong para pemuka agama Islam untuk meningkatkan mutu dan kekuatan sesuai dengan perkembangan baru supaya dapat meraih kembali kejayaannya.
Salah satu sosok penting dalam pembaharuan Islam adalah Jamaluddin al-Afghani.
Jamaludin al-Afgani adalah tokoh pembaharu dari negara Afghanistan yang memiliki pemikiran unik dalam menanggapi dominasi Barat terhadap Islam.
Ia juga menyerukan ide pembentukan Pan Islamisme yang bertujuan mempersatukan dunia Islam, memperbaiki kondisi politik dan sosial, serta menyebarkan pemahaman agama yang benar di kalangan generasi muda.
Berikut ini biografi singkat Jamaluddin al-Afghani beserta pemikiran dan ide-ide pembaharuannya.
Baca juga: 10 Tokoh Ilmuwan Muslim dan Keahliannya
Nama asli Jamaludin al-Afghani adalah Sayyid Muhammad bin Safdar al-Husayn.
Ia adalah putra dari Sayyid Syafdar yang lahir pada 1838 dan wafat pada 1897.
Jamaluddin al-Afghani masih keturunan Rasulullah SAW, melalui Husein bin Ali bin Abi Thalib.
Tanah kelahiran Jamaludin al-Afghani adalah Asadabad, Afghanistan, tetapi sebagian peneliti sejarah meyakini bahwa ia lahir di Asadabad, Iran.
Terlepas dari perbedaan asal-usulnya, yang pasti ia memegang peranan penting dalam gerakan politik Islam modern.
Ia dikenal luas di dunia Islam Sunni dan Syiah serta memiliki pengaruh yang besar karena perhatiannya terhadap kolonialisme bangsa-bangsa Barat dan absolutisme penguasa-penguasa muslim.
Sejak kecil, Jamaluddin telah menekuni berbagai cabang ilmu keislaman, seperti tafsir, hadis, tasawuf, dan filsafat Islam, serta belajar bahasa Arab dan Persia.
Ketika remaja, ia mulai belajar filsafat dan ilmu eksakta menurut sistem pelajaran Eropa modern dari tokoh-tokoh ulama, seperti Syekh Murtadha Anshari, Mulla Husein al-Hamadi, Sayyid Ahmad Teherani, dan Sayyid Habbubi.
Kemudian ketika beranjak 18 tahun, ia mulai bertolak ke India lalu ke Mekkah dan kembali ke Afghanistan.