Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja-Raja Kesultanan Banjar

Kompas.com - 11/05/2021, 14:11 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kesultanan Banjar adalah kerajaan Islam di Kalimantan Selatan yang didirikan oleh Pangeran Samudera pada 1520.

Setelah resmi menjadi raja, Pangeran Samudera bergelar Sultan Suriansyah.

Masa kejayaan Kesultanan Banjar terjadi pada dekade pertama abad ke-17, di bawah pimpinan Sultan Mustain Billah (1595-1638).

Pada periode ini, Banjar menjadi bandar perdagangan besar dengan komoditas utamanya terdiri dari lada hitam, madu, rotan, emas, intan, damar, dan kulit binatang.

Sedangkan wilayahnya berhasil diperluas hingga Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir, Kahayan Hulu, Kutai, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam Asam, Kintap, dan Swarangan.

Kesultanan Banjar mulai mengalami kemunduran pada abad ke-19 setelah sering terlibat polemik dengan Belanda.

Baca juga: Kesultanan Banjar: Sejarah, Sistem Pemerintahan, dan Masa Kejayaan

Raja-raja Kerajaan Banjar

  • Sultan Suriansyah (1520-1545)
  • Sultan Rahmatullah (1545-1570)
  • Sultan Hidayatullah (1570-1595)
  • Sultan Mustain Billah (1595-1638)
  • Sultan Inayatullah (1642-1647)
  • Sultan Saidullah (1647-1660)
  • Sultan Ri'ayatullah/Adipati Halid (1660-1663)
  • Sultan Amirullah Bagus Kesuma (1663-1679)
  • Sultan Agung/Pangeran Suryanata II (1663-1679)
  • Sultan Amarullah Bagus Kasuma (1679-1708)
  • Sultan Tahmidullah I (1708-1717)
  • Panembahan Kusuma Dilaga (1717-1730)
  • Sultan Hamidullah/Sultan Kuning (1730-1734)
  • Sultan Tamjidullah I (1734-1759)
  • Sultan Muhammadillah (1759-1761)
  • Sultan Tahmidullah II/Sultan Nata Alam (1761-1801)
  • Sultan Sulaiman al-Mutamidullah (1801-1825)
  • Sultan Adam Al-Watsiq Billah (1825-1857)
  • Sultan Tamjidullah II al-Watsiqu Billah (1857-1859)
  • Pangeran Antasari (1859-1862)
  • Sultan Muhammad Seman (1862-1905)

Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Bone

Raja Kesultanan Banjar yang terkenal

Sultan Mustain Billah (1595-1638)

Masa kejayaan Kesultanan Banjar berada pada dekade pertama abad ke-17, di bawah pimpinan Sultan Mustain Billah (1595-1638).

Akibat perang Makassar, para pedagang dari Somba Opu, Kesultanan Gowa, pindah ke Banjarmasin hingga menjadi bandar perdagangan besar.

Komoditas perdagangan utamanya adalah lada hitam, madu, rotan, emas, intan, damar, dan kulit binatang.

Pada masa ini pula Kesultanan Banjar tidak lagi membayar upeti kepada Kesultanan Demak.

Di saat yang sama, wilayah Kesultanan Banjar berhasil diperluas dengan menduduki Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir, Kahayan Hulu, Kutai, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam-Asam, Kintap, dan Swarangan.

Ketika Sultan Mustain Billah berkuasa, ketegangan Kesultanan Banjar dengan Mataram perlahan mulai membaik.

Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Ternate

Sultan Tahmidullah II/Sultan Nata Alam (1761-1801)

Pada abad ke-18, terjadi perpindahan kekuasaan kepada Dinasti Sultan Tamjidullah dengan mengangkat Pangeran Nata Dilaga/Sultan Tahmidullah II sebagai sultan.

Hal ini menyebabkan perpecahan di dalam kerajaan karena Sultan Tamjidullah awalnya hanya seorang mangkubumi yang bertindak sebagai wali Putra Mahkota Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah.

Putra Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang bernama Pangeran Amir meminta bantuan pamannya, Arung Tarawe, untuk menyerang Kesultanan Banjar dengan pasukan orang Bugis.

Untuk memertahankan takhtanya, Pangeran Nata Dilaga meminta bantuan VOC.

Meski pasukan orang Bugis berhasil dikalahkan, kesepakatan dengan VOC pada akhirnya merusak adat dan merugikan kerajaan hingga menjadi salah satu penyebab pecahnya Perang Banjar pada 1859.

Sultan Tamjidullah II al-Watsiqu Billah (1857-1859)

Pada 1857, Belanda secara sepihak mengangkat Sultan Tamjidullah II al-Watsiqu Billah sebagai raja.

Kerabat Kesultanan Banjar pun keberatan dengan hal ini karena Sultan Tamjidullah II adalah anak selir sehingga dianggap tidak layak mewarisi takhta.

Terlebih lagi, Pangeran Hidayatullah sebagai pewaris takhta yang sah masih hidup.

Pada 1859, meletus Perang Banjar yang dikobarkan rakyat Banjar terhadap Belanda.

Tidak lama kemudian, Belanda memakzulkan Sultan Tamjidullah II.

Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Tidore

Pangeran Antasari (1862)

Pada masa Perang Banjar, Pangeran Antasari diberi kepercayaan oleh Sultan Hidayatullah II untuk menghimpun kekuatan melawan Belanda.

Perang Banjar pecah pada 1859 saat Pangeran Antasari dan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda.

Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya, Pangeran Antasari terus melakukan penyerangan ke pos-pos Belanda.

Meski berkali-kali dibujuk oleh Belanda supaya menyerah, Pangeran Antasari tetap pada pendiriannya.

Bahkan Belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapapun yang mampu membunuh Pangeran Antasari.

Namun, berbagai upaya perlawanan tidak berhasil, bahkan Sultan Hidayatullah II diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat.

Dengan demikian, Pangeran Antasari diangkat sebagai pimpinan tertinggi perlawanan sekaligus sultan Kesultanan Banjar pada 1862.

Pada 1862, Pangeran Antasari gugur selama pertempuran akibat wabah cacar dan takhtanya diteruskan oleh Sultan Seman, yang melanjutkan perlawanan terhadap Belanda.

 

Referensi:

  • Amarseto, Binuko. (2017). Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Relasi Inti Media.
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com