Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jatuhnya Konstantinopel Naiknya Utsmani, Runtuhnya Utsmani Lahirnya Republik

Agama lama ditinggalkan, agama baru dipeluk. Hukum alam itu terjadi dalam sejarah panjang Turkiye. Dan pergantian kekuasaan, kerajaan, dinasti dan agama itu meninggalkan bukti-bukti di satu kota, Istanbul.

Nama kota Istanbul sudah menunjukkan keruntuhan dan penaklukan. Konstantinus mendirikan Romawi Timur abad empat Masehi, disebutlah kota itu dengan namanya.

Polis artinya kota, di belakang nama Konstantinus sang pendiri. Kota versi Roma itu sesuai dengan selera dan tradisi Romawi kuno dengan pacuan kudanya yang disebut hiperdome.

Bahkan monumen Mesir obelisk dengan heraglifiknya masih berdiri di pinggir jalan pacuan kuda. Monumen Mesir itu konon dibawa oleh Kaisar Septimus Severus, berkulit gelap karena berdarah Afrika.

Adanya Obelisk menunjukkan daerah-daerah Mesir kuno berada dalam kekuasaan Romawi.

Di sebelah kanan adalah masjid Sultan Ahmed berupa kubah dan menara-menaranya didirikan pada abad tujuh belas Masehi.

Lompatan dalam masa dan kekuasaan. Di seberangnya adalah gereja tua Hagia Sophia, atau Aya Sophia, didirikan oleh Justinianus abad enam Masehi.

Dua abad setelah kota tua Konstantinopel berdiri. Satu abad sebelum Islam itu sendiri diwahyukan.

Bahan-bahan masjid Ahmed konon diambil dari batu-batu bahan hiperdome. Terdiri dari marmer putih dari Marmara, lafaz marmer sendiri dari nama tempat itu.

Di dalam masjid dipenuhi ornamen keramik biru. Pacuan kuda sepanjang jalan lurus dengan tempat penontonnya, seperti koloseum tempatnya para gladiator bertarung.

Emperium Romawi menguasai dunia lebih dari seribu tahun, kalau dihitung Roma Barat di Italia dan versi Timurnya di Konstantinopel dua ribu tahun.

Romawi Barat adalah pemuja para dewa versi lama dari Yunani, berikut juga filsafat dan hukumnya.

Romawi seperti lanjutan tradisi Yunani, termasuk militernya. Sedangkan Romawi Timur sudah memeluk agama Kristiani, sejak Konstantinus. Gereja Hagia Sophia adalah saksinya.

Sisa-sisa dan bukti sebelum ditaklukan oleh Sultan Mehmed dari Turki Utsmani pada abad ke tiga belas Masehi masih terlihat di luar dan dalam gereja.

Patung Yesus, Bunda Maria, salib, dan malaikat masih tersisa di pilar dan atap kubah. Pojok-pojok atas gereja yang berubah menjadi masjid masih menyisakan ikon malaikat.

Romawi yang dulunya memusuhi Kristiani akhirnya menjadikan Kristen sebagai agama resmi emperium. Agama berganti, sembahyang, dan tempat ibadanya berubah.

Orang-orang Kristen dulu harus bersembunyi karena dikejar-kejar oleh penguasa Romawi. Setelah menjadi agama resmi negara, kepercayaan polytheisme (bertuhan banyak) ditinggalkan.

Ketika Sultan Mehmet yang disebut al-Fatih meruntuhkan Konstantinopel di selat Bosporus dengan kanon-kanon besarnya menghujani, Islam dipeluk penguasa dan rakyat. Agama berganti lagi.

Kota seperti Istanbul tidak ada perbandingannya di Nusantara. Jakarta hanya menyimpan kota tua Belanda Batavia. Sisa-sia kuno pra-kolonial sudah musnah.

Aceh juga tidak banyak menyisakan masa-masa kesultanan. Kutai mungkin masih menyimpan beberapa monumen Hindu kuno.

Jambi masih menyisakan candi-candi Buddha Sriwijaya, namun pusatnya Palembang tidak.

Yogyakarta menyisakan peninggalan Mataram Hindu, Mataram Islam, dan kesultanan yang masih berlangsung hingga kini.

Istanbul menyimpan ribuan tahun bergantinya dinasti, kerajaan, sistem politik, tatanan sosial dan agama.

Tembok kota tua mengelilingi Konstatinopel. Menara kuno untuk mengintai musuh Galata saat ini menjadi tempat berkumpul dan jalan lurus tempat café-café Taksim seperti Malioboro.

Sedangkan di belakang Aya Sophia masih kokoh tembok-tembok istana Turki Utsmani. Istana itu berfungsi sebagai museum Topkapi, menyimpan barang-barang relik kuno, baju, surat-surat, senjata, kaligrafi, dan ruang-ruang harem para sultan dan khalifah.

Setelah tujuh abad berkuasa, Turki Utsmani runtuh juga, republik sekuler Turkiye lahir. Kemegahan masa lalu menjadi trauma dan identitas bagi orang-orang Turkiye.

Republik demokrasi sekuler modern adalah kenyataan kini, seperti republik Indonesia di kita.
Patah tumbuh hilang berganti, hukum yang juga berlaku juga bagi Nusantara.

Wilayah yang disebut Medang mulai abad tujuh sampai sepuluh Masehi dari Magelang, Wonosobo, Temanggung dan Yogyakarta adalah wilayah Mataram kuno.

Dinasti Sanjaya dan Syailendra membangun candi-candi Hindu dan Buddha. Pada abad sepuluh para bangsawan migrasi ke Jawa Timur. Kediri, Singasari, dan Majapahit tumbuh di sekitar sungai Brantas.

Setelah runtuh, munculah kekuatan Islam di pesisir utara, Demak. Runtuhnya Demak, kekuasaan masuk ke pedalaman seperti Pajang dan Mataram Islam.

Tidak ada yang abadi. Musim berganti. Kekuasaan bergilir. Peradaban berubah. Kejayaan ada masanya.

Kerajaan dan dinasti runtuh dan lahirlah bentuk baru. Turkiye dan Indonesia mengalaminya.
.

https://www.kompas.com/stori/read/2023/12/03/141417679/jatuhnya-konstantinopel-naiknya-utsmani-runtuhnya-utsmani-lahirnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke