Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sosok Douwes Dekker

Kompas.com - 08/09/2022, 09:30 WIB
Silmi Nurul Utami

Editor

Ketika menjadi staf redaksi Bataviaasch Nieuwsblad pada tahun1907, tulisan Douwes Dekker menjadi makin pro pada kaum Indo dan pribumi. 

Rumah Douwes Dekker yang terletak di dekat Stovia menjadi tempat berkumpul para perintis gerakan kebangkitan nasional Indonesia, seperti Sutomo dan Cipto Mangunkusumo, untuk belajar dan berdiskusi.

Budi Utomo adalah organisasi yang diklaim sebagai organisasi nasional pertama, lahir atas bantuannya. Douwes Dekker bahkan menghadiri kongres pertama Budi Utomo  di Yogyakarta.

Baca juga: Budi Utomo: Sejarah Berdiri dan Peranannya

Tulisannya yang paling terkenal dirangkum dalam buku yang berjudul Max Havelaar. Dibukunya, Dekker menceritakan tentang penderitaan rakyat Indonesia dalam menghadapi sistem tanam paksa yang diadakan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Douwes Dekker membuka mata dunia tentang tanam paksa yang sangat merugikan rakyat Indonesia. Berkat buku tersebut, akhirnya sistem tanam paksa dihapuskan.

Terbentuknya Indische Partij

Karena menganggap Budi Utomo terbatas pada masalah kebudayaan, Douwes Dekker tidak banyak terlibat di dalamnya. Sebagai seorang Indo, Douwes Dekker terdiskriminasi oleh orang Belanda murni.

Sebagai contoh, orang Indo tidak dapat menempati posisi-posisi kunci pemerintah karena tingkat pendidikannya. Mereka dapat mengisi posisi-posisi menengah dengan gaji lumayan tinggi.

Baca juga: 3 Program Politik Etis atau Politik Balas Budi

Untuk posisi yang sama, mereka mendapat gaji yang lebih tinggi daripada pribumi.

Namun, akibat politik etis, posisi mereka dipersulit karena pemerintah kolonial mulai memberikan tempat pada orang-orang pribumi untuk posisi-posisi yang biasanya diisi oleh Indo.

Tentu saja pemberi gaji lebih suka memilih orang pribumi karena mereka dibayar lebih rendah.

Keprihatinan orang Indo ini dimanfaatkan oleh DD untuk memasukkan idenya tentang pemerintahan sendiri Hindia Belanda oleh orang-orang asli Hindia Belanda (Indiërs) yang bercorak inklusif dan mendobrak batasan ras dan suku.

Pandangan ini dapat dikatakan original, karena semua orang pada masa itu lebih aktif pada kelompok ras atau sukunya masing-masing.

Baca juga: Dampak Positif Pembangunan Sekolah di Masa Politik Etis bagi Indonesia

Berangkat dari organisasi kaum Indo, Indische Bond dan Insulinde, Douwes Dekker menyampaikan gagasan suatu Hindia baru yang dipimpin oleh warganya sendiri, bukan oleh pendatang.

Ironisnya, di kalangan Indo Douwes Dekker mendapat sambutan hangat hanya di kalangan kecil saja, karena sebagian besar dari mereka lebih suka dengan status quo, meskipun kaum Indo direndahkan oleh kelompok orang Eropa "murni" toh mereka masih dapat dilayani oleh pribumi.

Tidak puas karena Indische Bond dan Insulinde tidak bisa bersatu, pada tahun 1912 Nes bersama-sama dengan Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat mendirikan partai berhaluan nasionalis inklusif bernama Indische Partij.

Kampanye ke beberapa kota menghasilkan anggota berjumlah sekitar 5000 orang dalam waktu singkat. Semarang mencatat jumlah anggota terbesar, diikuti Bandung.

Baca juga: Partai Politik Indonesia dalam Volksraad

Partai ini sangat populer di kalangan orang Indo, dan diterima baik oleh kelompok Tionghoa dan pribumi, meskipun tetap dicurigai pula karena gagasannya yang radikal.

Partai yang anti-kolonial dan bertujuan akhir kemerdekaan Indonesia ini dibubarkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda setahun kemudian, 1913 karena dianggap menyebarkan kebencian terhadap pemerintah.

Akibat munculnya tulisan terkenal Suwardi di De Expres, "Als Ik Een Nederlander Was" (Seandainya Aku Seorang Belanda), ketiganya lalu diasingkan ke Belanda, karena DD dan Cipto mendukung Suwardi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com