KOMPAS.com - Perilaku konsumen perlu dipelajari agar pemasar dapat berempati dan meningkatkan efektivitas pemasarannya.
Ada dua pendekatan yang sering digunakan dalam mempelajari perilaku konsumen, yakni tradisional dan kontemporer.
Pendekatan tradisional muncul terlebih dahulu ketimbang kontemporer. Pendekatan ini dikembangkan oleh ilmuwan di bidang ekonomi, psikologi, serta sosiologi.
Bertujuan mencari tahu lebih jauh alasan dan proses pengambilan keputusan konsumen dalam mencapai kesejahterannya.
Sementara itu, menurut Putu Chris Susanto, dkk dalam buku Consumer Behavior: Essence, Position, and Strategy (2022), pendekatan kontemporer merupakan hasil evolusi perilaku konsumen.
Jenis pendekatan ini menitikberatkan pada proses pengambilan keputusan dari sudut pandang konsumen.
Baca juga: Model Engel-Kollat-Blackwell dalam Teori Perilaku Konsumen
Dilansir dari situs HubSpot, pendekatan kontemporer dalam perilaku konsumen terdiri atas:
Berikut pemaparannya:
Digagas oleh James F. Engel, Order D. Blackwell, dan David T. Kollat di tahun 1968.
Model perilaku konsumen ini didasarkan pada proses kognitif. Menurut model ini, ada dua faktor yang memengaruhi keputusan pembelian, yaitu:
Disebut pula model Kotler. Dalam perilaku konsumen, model ini menegaskan bahwa stimulus pemasaran dan lainnya akan masuk dalam buyer's black box atau kotak hitam konsumen.
Baca juga: Model Perilaku Konsumen Menurut Kotler: Bagan dan Penjelasannya
Kotak hitam ini tersusun dari berbagai karakteristik internal, seperti nilai, kepercayaan, motivasi, persepsi, gaya hidup, dan lain-lain.
Adapun yang dimaksud stimulus pemasaran mencakup produk, harga, promosi, dan tempat. Keempat stimulus ini dikenal sebagai 4P.
Jenis pendekatan kontemporer ini lebih dikenal sebagai teori pembelian impulsif (impulsive buying theory).
Dilansir dari situs Project Guru, teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Hawkins Stern pada 1962. Ia berpendapat bahwa konsumen bisa melakukan pembelian impulsif di bawah pengaruh kekuatan eksternal.