Adapun yang termasuk budaya queer adalah:
Merupakan komunitas yang berisikan kelompok orang homoseksual atau non-heteroseksual.
Misalnya Mattachine Society yang dibentuk pada awal 1950-an oleh Harry Hay. Bertujuan untuk menyediakan ruang bagi gay dan lesbian untuk berkumpul dan mendiskusikan pengalamannya.
Ada pula klub sastra The Violet Quill yang dibentuk pada 1980 di New York. Klub ini berisikan tujuh pria gay, yang berfokus pada penulisan cerita mengenai pengalaman gay sebagai alur cerita normal dan bukan "nakal".
Baca juga: Mengapa Orientasi Seksual Tiap Orang Berbeda?
Selain itu, beberapa komunitas daring juga didirikan.
Dilansir dari jurnal Online Coming Out Communications between Gay Men and Their Religious Family Allies: A Family of Choice and Origin Perspective (2015) karya Chana Etengoff dan Collete Daiute, pria gay memahami adanya tantangan yang dihadapi dalam keluarga dan agama, dengan mengembangkan dukungan yang dari komunitas daring.
Contohnya Komunitas Gay Indonesia yang menggunakan media sosial untuk mematahkan stigma masyarakat mengenai gay.
Merupakan acara luar ruangan yang diadakan untuk merayakan penerimaan sosial serta pencapaian hak hukum.
Parade ini memungkinkan kaum LGBTQ+ berinteraksi serta merayakan identitas jender dan seksualnya.
Sebagai contoh, parade Youth Pride yang mempromosikan kesetaraan di antara anggota muda dalam komunitas, atau acara tahunan Pride Month yang diperingati tiap bulan Juni.
Adalah gerakan sosial yang membela kaum masyarakat. Misalnya gerakan pembebasan gay pada 1969 di New York. Gerakan ini disebut Pemberontakan Stonewall.
Baca juga: Ciri-Ciri Masa Kanak-Kanak Anak Perempuan
Dikutip dari jurnal Speaking Out Loud About Bisexuality: Biphobia in the Gay and Lesbian Community (2008) karya Daniel Welzer-Lang, budaya biseksual menekankan pada penolakan, pengabaian, monoseksisme identitas seksual dan jender tetap (diskriminasi terhadap orang biseksual, cair, panseksual dan queer), serta penghapusan biseksual dan bifobia (kebencian atau ketidakpercayaan terhadap orang non-monoseksual).
Dilakukan untuk merepresentasikan, memperkenalkan, dan menunjukkan eksistensi kaum homoseksual.
Sosialisasi LGBT dilaksanakan melalui beberapa media, seperti film, buku, komik, program tv, komunitas online, atau seni drama.
Misalnya lirik lagu genre musik queercore yang mengangkat kritik tentang penyakit sosial yang memosisikan kaum homoseksual sebagai kelainan.