KOMPAS.com – Kerusakan lingkungan bukanlah hal asing lagi. Sebab kerusakan lingkungan bisa terjadi di mana saja, bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu.
Umumnya, kerusakan lingkungan dapat terjadi karena bencana alam. Namun, tak menutup kemungkinan juga disebabkan oleh ulah manusia.
Lalu, apa yang menjadi akar permasalahan lingkungan?
Dikutip dari laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang berhubungan dengan alam.
Adapun yang termasuk bencana alam adalah gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Selain itu, peristiwa alam seperti menipisnya lapisan ozon, fenomena keasaman laut, perubahan iklim, dan penipisan jumlah sumber daya alam tak terbarukan, juga menjadi akar permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh alam.
Baca juga: Etika Lingkungan: Pengertian dan Prinsipnya
Dilansir dari jurnal Paradigma Lingkungan Guru (Studi Hubungan antara Kecerdasan Naturalis, Locus of control, dan Pengetahuan tentang Ekosistem dengan Paradigma Lingkungan) (2016) karya Risa Bernadip Umar, menurut Chiras (1985), pengrusakan terhadap lingkungan disebabkan karena manusia memiliki mentalitas "frontier".
Adalah sikap yang menganggap bahwa Bumi merupakan sumber daya alam yang tidak terbatas, manusia terlepas dari alam, dan alam perlu untuk dikuasai.
Dikutip dari buku “Komunikasi Lingkungan dan Komunikasi Bencana Indonesia” (2019) karya Atwar Bajari dkk, mentalitas frontier ditandai oleh tiga konsep dasar, yakni:
Artinya dunia hanya diperuntukkan bagi manusia, sehingga tidak perlu berbagi dengan makhluk lainnya.
Hal ini melahirkan sikap tamak pada diri manusia lewat penggunaan lingkungan dengan semena-mena, bahkan mengeksploitasinya.
Konsep ini menjelaskan bahwa manusia bukanlah bagian dari alam atau lingkungan. Sehingga manusia menganggap tak perlu menghargai lingkungan, karena merasa tidak berhubungan.
Baca juga: Hubungan antara Lingkungan dan Manusia
Berarti bahwa bagaimanapun keadaannya dan apa pun caranya, lingkungan harus dapat memenuhi kebutuhan manusia. Pemikiran seperti ini melahirkan sikap manusia yang kerap kali mengeksploitasi sumber daya alam.
Menurut Paul Wapner (1997), kerusakan lingkungan bukan hanya tentang bagaimana manusia memperlakukan dan berinteraksi dengan alam, melainkan juga bagaimana manusia bersikap dan memperlakukan sesamanya.
Misalnya perebutan kepentingan yang terjadi dalam negosiasi perdagangan antara pebisnis yang satu dan lainnya dalam pemanfaatan sumber daya alam.