Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tari Legong, Tari Tradisional Bali

Kompas.com - 05/02/2021, 20:15 WIB
Ari Welianto

Penulis

Bahkan pengaruh istana semakin lama semakin melemah sejak jatuhnya Bali ke tangan Belanda pada 1906-1908.

Beberapa gerakan diubah, ada yang ditambah dan ada yang dikurangi dan tak lagi memakai topeng. Sehingga tari legong yang dinikmati sekarang berbeda dengan tari legong pada awal mulanya.

Baca juga: Myanmar, Satu-satunya Negara Asia Tenggara yang Punya Iklim Subtropis

Tari legong tidak lagi sebagai manisfestasi dari leluhur seperti halnya tari-tari Sang Hyang, namun dipertunjukkan untuk hiburan para leluhur dan tidak untuk ritual adat.

Dikutip dari buku Evolusi Tari Bali (1996) karya I Made Bandem, bahwa tari legong tidak pernah tertulis dalam beberapa lontar sejarah Bali. Namun tari ini amat terkenal di lingkup puri karena dipopulerkan oleh para perangkat puri.

Beberapa elemen tari legong menyiratkan hubungannya dengan kepercayaan dan budaya Hindu Jawa.

Sekarang, di desa tari Legong dipergelarkan jika diperlukan untuk kepentingan upacara keagamaan.

Leluhurnya, Sang Hyang, dipentaskan berhubungan dengan kepercayaan animisme. Adapun nenek moyangnya yang lain, yaitu Gambuh mengungkapkan artikulasi idea dari Majapahit.

Awalnya Legong juga berhubungan dengan agama Hindu istana yang tinggi nilainya. Namun, sekarang berhubungan dengan agama Hindu Dharma yang lebih bersifat sekuler.

Baca juga: Ras Mongoloid: Pengertian dan Ciri-Cirinya

Struktur tari Legong

Struktur tari Legong secara khusus adalah pepeson, bapang, ngengkog, ngaras, pepeson muanin oleg, dan ngipuk.

Sedangkan secara umumnya terdiri dari papeson, pangawak, pengecet, dan pakaad.

Keterampilan dalam membawakan tari Legong, kesesuaiannya dengan penguasaan jalinan wiraga, wirama dan wirasa yang baik, sesuai dengan patokan agem, tandang, dan tangkep.

Motif gerak tari Legong bermuara pada dasar gerak tari Gambuh, yang mana telah memiliki tata krama menari yang ketat.

Termuat dalam lontar Panititaling Pagambuhan, yakni mengenai dasar-dasar tari yakni agem, posisi gerak dasar yang tergantung dari perannya, ada banyak jenis agem. Selanjutnya Abah Tangkis, gerakan peralihan dari agem satu ke agem yang lainnya.

Dasar selanjutnya adalah Tandang, yakni cara berjalan dan bergeraknya si penari, dari sini akan dikenal motif gerak seperti ngelikas, nyeleog, nyelendo, nyeregseg, kemudian tandang nayog, tandang niltil, nayung dan agem nyamir.

Baca juga: Pangeran Antasari, Pejuang Perang Banjar

Busana Tari Legong

Busana khas legong yang berwarna cerah (merah, hijau, ungu) dengan lukisan daun-daun.

Kemudian hiasan bunga-bunga emas di kepala yang bergoyang mengikuti setiap gerakan dan getaran bahu penari disederhanakan dengan dominasi warna hitam-putih

Ciri khas tari Legong adalah gerakan mata penarinya yang membuat tarian menjadi hidup dengan ekspresi yang sangat memukau oleh penarinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com