KOMPAS.com - Kera raksasa misterius pernah hidup di Bumi 295.000 tahun yang lalu.
Tidak berlebih jika disebut raksasa. Pasalnya diperkirakan kerabat orangutan modern ini memiliki tinggi 3 meter dengan berat mencapai 300 kilogram.
Baca juga: 7 Fakta Gigantopithecus, Kera Terbesar yang Pernah Hidup di Bumi
Spesies itu masih menjadi misteri sejak gigi fosilnya ditemukan di toko obat tradisional di Hong Kong pada tahun 1935.
Gigi raksasa tersebut pada awalnya konon disebut milik seekor naga, namun ahli paleontologi dengan cepat menyadari gigi sebenarnya berasal dari primata.
"Biasanya ketika Anda berpikir tentang raksasa, Anda berpikir tentang dinosaurus. Tapi ini adalah raksasa dalam keluarga primata," kata Kira Westaway dari Macquarie University di Sydney, Australia.
Lalu kemana mereka dan bagaimana nasibnya?
Mengutip New Scientist, Jumat (12/1/2024) sayangnya, setelah bertahan lebih dari 2 juta tahun, spesies bernama Gigantopithecus blacki punah antara 295.000 hingga 215.000 tahun yang lalu.
Kera yang juga dikenal sebagai Giganto ini punah karena kemungkinan besar gagal beradaptasi menyesuaikan preferensi makanannya di tengah perubahan iklim.
Untuk mengetahui kapan kera tersebut punah, Westaway dan rekan-rekannya mempelajari ratusan gigi dan empat fragmen tulang rahang kera yang ditemukan di gua-gua di provinsi Guangxi, Tiongkok Selatan.
Melihat peluruhan radioaktif unsur-unsur tertentu seperti uranium, di dalam gigi dan tulang kemudian memungkinkan para peneliti mengukur berapa lama waktu yang telah berlalu sejak kepunahan.
Baca juga: Apa Perbedaan Monyet dan Kera?
Peneliti juga mengamati endapan lain seperti serbuk sari dan sedimen di dalam gua untuk menentukan kondisi tempat tinggal G.blacki yang merupakan herbivora.
"Studi menunjukkan bahwa sejak 2,3 juta tahun lalu, lingkungan merupakan mosaik hutan dan rerumputan yang menyediakan kondisi ideal bagi berkembangnya populasi G.blacki," tulis para peneliti.
Namun, sebelum dan selama periode kepunaha antara 295.000 hingga 215.000 tahun yang lalu, terdapat peningkatan variabilitas lingkungan akibat peningkatan musim yang menyebabkan perubahan pada komunitas tumbuhan dan peningkatan lingkungan hutan terbuka.
Dengan mempelajari ikatan pada gigi fosil hewan tersebut, para peneliti mendeteksi tanda-tanda stres kronis yang disebabkan oleh kurangnya ketersediaan makanan favorit mereka.
Peneliti pun menyebut kemampuan beradaptasi terhadap perubahan iklim dan keragaman makanan yang menyertainya mungkin menentukan nasib mahluk itu.