Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pramono Dwi Susetyo
Pensiunan

Pemerhati masalah kehutanan; penulis buku

Dampak El Nino Mengancam Ketahanan Pangan Nasional

Kompas.com - 05/07/2023, 12:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mencatat terdapat 2,4 juta hektar yang rusak akibat kebakaran hutan, illegal logging dan alih fungsi hutan untuk kepentingan lain.

Untuk mengembalikan ekosistem gambut seperti semula akan lebih sulit dibandingkan dengan ekosistem mangrove.

Untuk membangun hutan mangrove dapat dilakukan dengan kegiatan rehabilitasi melalui revegetasi tanaman baru.

Sementara untuk hutan gambut, rehabilitasi melalui revegetasi adalah cara yang paling sulit untuk berhasil. Cara yang paling mudah dalam pemulihan gambut adalah dengan suksesi alami karena proses pemulihannya diserahkan kepada alam.

Suksesi alami dilakukan terhadap ekosistem gambut berkanal yang telah bersekat dan tidak terdapat gangguan manusia. Namun cara ini membutuhkan waktu yang cukup lama.

Untuk membantu mempercepat proses pemulihan gambut, restorasi adalah cara yang paling logis dan masuk akal.

Kegiatan restorasi dilakukan untuk menjadikan ekosistem gambut atau bagian-bagiannya berfungsi kembali, melalui pembangunan infrastruktur pembasahan kembali gambut yang meliputi bangunan air, penampungan air, penimbunan kanal dan atau pemompaan air. Bangunan air itu adalah sekat kanal, embung dan bangunan air lainnya.

Fenomena El Nino yang suhu udaranya terus meningkat dan waktunya lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya, akan mudah memicu kebakaran hutan dan lahan terutama daerah-daerah yang mempunyai hutan dan lahan gambut yang luas di Indonesia seperti Riau, Jambi, Sumsel, Kalteng, Kalsel, Kalbar, Papua, Papua Barat.

Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan berperan besar dalam proses pengeringan hutan gambut yang menyebabkan karbon terlepas dari lahan gambut.

Penyelamatan hutan gambut dapat mencegah terlepasnya karbon lebih banyak per satuan luas dibandingkan usaha pencegahan deforestasi dan biaya yang dikeluarkan lebih sedikit.

Memasuki bulan Juli-Oktober 2023, yang merupakan puncak kemarau panjang, harus diwaspadai adanya peningkatan jumlah titik api (hot spot) di daerah yang menjadi langganan kebakaran hutan dan lahan.

Dari laporan di daerah selama tahun 2023 ini, yang telah mendeteksi adanya hot spot adalah Riau, Sumatera Selatan, Kalteng dan Kalsel.

Salah satu indikator keberhasilan restorasi gambut adalah apabila jumlah titik api berkurang dibanding dengan sebelum kegiatan restorasi.

Kebakaran hutan dan lahan khususnya dari bekas hutan gambut dapat menghasilkan bencana asap yang sangat merugikan bagi kesehatan masyarakat. Selain itu, merugikan kepentingan mobilitas manusia yang memanfaatkan transportasi udara, darat maupun perairan (sungai dan laut).

Pemerintah pusat maupun daerah dibuat kalang kabut untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan ini.

Dampak ketahanan pangan Nasional

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebut bahwa El Nino tahun ini bisa menekan produksi pertanian nasional (Kompas, 14/6/2023).

Dalam rapat dengar pendapat Komisi IV DPR Rabu (14 Juni 2023), Menteri Pertanian mengatakan bahwa berdasarkan data yang dihimpun pihaknya; kekeringan lahan pertanian akibat fenomena El Nino ekstrem tahun ini bisa mencapai 560.000-570.000 hektar. Padahal, ketika El Nino lemah hanya sekitar 200.000 hektar.

El Nino berpotensi meningkatkan kebakaran lahan pertanian, gagal panen dan serangan hama penyakit tanaman. Produktivitas hasil pertanian diperkirakan turun 15-20 persen.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com