"Anak sering sakit bisa karena lingkungannya tidak memadai misalnya tidak memiliki sumber air bersih dan jamban, penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, dan bayi-bayi yang berisiko besar stunting seperti bayi prematur, IUGR, alergi makanan, penyakit jantung bawaan, dan kelainan metabolisme bawaan," jelasnya.
Setelah mengetahui apa saja yang bisa menyebabkan kekurangan gizi kronik yang menjadi penyebab stunting, lalu kapan hal ini bisa dicegah?
Damayanti menunjukkan beberapa hasil penelitian kohort mengenai hal ini. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Kathryn G Dewey dan Sandra L Huffman yang terbit dalam jurnal Food and Nutrition Bulletin pada Juni 2009.
"Itu ternyata ada 20 persen anak yang lahir saja sudah stunting. Itu yang BBLR dan lain sebagainya," kata Damayanti.
Baca juga: Hati-hati, Pola Asuh yang Salah Bisa Akibatkan Anak Stunting
Artinya, pencegahan stunting pada masa kehamilan, dampaknya sekitar 20 persen. Sedangkan dampak 80 persen terjadi setelah bayi lahir.
"Lahir anaknya normal, pada usia 0-6 bulan kalau ASI yang diberikan tidak cukup itu 20 persen akan mengalami stunting pada masa ASI eksklusif," papar Damayanti.
Sedangkan pada masa MPASI atau usia 6 bulan hingga 2 tahun, ketika kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi dengan baik, anak bisa mengalami stunting 50 persen.
"Artinya, masa paling hebat bisa menyebabkan stunting itu pada saat kita memberikan MPASI. Itulah masa paling kritis," tegas Damayanti.
10 persen kejadian stunting terjadi setelah usia di atas 3 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.