Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/02/2023, 17:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Kita perlu memenuhi kebutuhan nutrisi harian, termasuk protein, untuk menjaga kesehatan dan fungsi tubuh.

Kita mungkin mengalami kekurangan protein atau hipoproteinemia, yang terjadi ketika kadar protein dalam darah terlalu rendah.

Dilansir dari Verywell Fit, tubuh bisa kekurangan protein jika kita tidak mendapatkan cukup protein dari makanan atau minuman untuk memenuhi kebutuhan tubuh, misalnya saat menjalankan diet yang sangat membatasi konsumsi protein.

Seseorang mungkin juga kekurangan protein jika tubuhnya tidak dapat mencerna dan menyerap protein secara efektif dari makanan yang dimakan karena kondisi medis tertentu.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Jika Kekurangan Vitamin C?

Efek kekurangan protein

Dilansir dari Healthline, berikut adalah beberapa hal yang terjadi jika tubuh kekurangan protein.

1. Kulit, rambut, dan kuku bermasalah

Kekurangan protein sering meninggalkan bekas pada kulit, rambut, dan kuku, yang sebagian besar terbuat dari protein.

Misalnya, kwashiorkor, kondisi kekurangan protein yang parah, ditandai dengan kulit yang terkelupas atau pecah-pecah, kemerahan, dan bercak-bercak kulit yang mengalami depigmentasi.

Penipisan rambut, warna rambut pudar, rambut rontok (alopecia) dan kuku rapuh juga merupakan gejala umum lainnya.

Namun, gejala ini tidak mungkin muncul kecuali kita mengalami kekurangan protein yang parah.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Otak Kita Saat Patah Hati?

2. Kehilangan Massa Otot

Otot adalah cadangan protein terbesar yang dimiliki tubuh. Ketika protein kekurangan pasokan, tubuh cenderung mengambil protein dari otot rangka untuk mempertahankan jaringan dan fungsi tubuh yang lebih penting. Akibatnya, kekurangan protein menyebabkan pengecilan otot seiring waktu.

Bahkan, kekurangan protein dalam tingkat sedang dapat menyebabkan pengecilan otot, terutama pada orang lanjut usia.

Satu studi pada pria dan wanita lanjut usia menemukan bahwa kehilangan otot lebih banyak terjadi pada orang-orang yang mengonsumsi protein dalam jumlah paling sedikit.

Hal ini telah dikonfirmasi oleh penelitian lain yang menunjukkan bahwa peningkatan asupan protein dapat memperlambat degenerasi otot yang terjadi seiring bertambahnya usia.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Jika Terlalu Banyak Makan Lemak?

3. Risiko patah tulang lebih besar 

Otot bukan satu-satunya jaringan yang dipengaruhi oleh asupan protein yang rendah. Tulang juga memiliki risiko yang sama. 

Tidak mengonsumsi cukup protein dapat melemahkan tulang dan meningkatkan risiko patah tulang.

Satu studi pada wanita pascamenopause menemukan bahwa asupan protein yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko patah tulang pinggul yang lebih rendah. Asupan tertinggi dikaitkan dengan penurunan risiko sebesar 69 persen dan protein hewani tampaknya memiliki manfaat terbesar.

Studi lain pada wanita pascamenopause dengan patah tulang pinggul menunjukkan bahwa mengonsumsi 20 gram suplemen protein per hari selama setengah tahun memperlambat keropos tulang sebesar 2,3 persen.

4. Pertumbuhan terhambat

Protein tidak hanya membantu menjaga massa otot dan tulang, tetapi juga penting untuk pertumbuhan tubuh.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Pingsan?

Dengan demikian, kekurangan atau ketidakcukupan protein bisa berbahaya bagi anak-anak yang tubuhnya yang sedang tumbuh dan membutuhkan pasokan yang stabil.

Studi observasi menunjukkan hubungan yang kuat antara asupan protein rendah dan gangguan pertumbuhan. Pertumbuhan yang terhambat juga merupakan salah satu gejala utama kwashiorkor pada anak.

5. Peningkatan keparahan infeksi

Kekurangan protein juga dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Gangguan fungsi kekebalan dapat meningkatkan risiko atau tingkat keparahan infeksi, yakni gejala umum kekurangan protein yang parah.

Misalnya, satu studi pada tikus menunjukkan bahwa mengikuti diet yang hanya terdiri dari 2 persen protein dikaitkan dengan infeksi influenza yang lebih parah, dibandingkan dengan diet yang menyediakan 18 protein.

Bahkan, asupan protein yang sedikit rendah dapat merusak fungsi kekebalan tubuh. Satu studi kecil pada wanita lansia menunjukkan bahwa mengikuti diet rendah protein selama sembilan minggu secara signifikan mengurangi respons kekebalan mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com