KOMPAS.com - Burung unta adalah salah satu hewan tertinggi di dunia. Mereka memiliki kaki dan leher yang sangat panjang.
Dilansir dari AZ Animals, burung unta dapat mencapai tinggi antara 2 m hingga 3 m saat dewasa.
Dengan kaki panjangnya, burung unta bisa berlari sangat cepat hingga 64 km per jam, meski masih lebih lambat dari cheetah.
Meski termasuk kelompok burung, burung unta tidak bisa terbang dan mereka memiliki sayap yang lebarnya hingga 1,8 m.
Burung unta, emu, kasuari, rhea, dan kiwi tidak bisa terbang. Tidak seperti kebanyakan burung, burung-burung tersebut memiliki tulang dada rata dan tidak memiliki lunas yang menahan otot-otot dada yang kuat yang diperlukan untuk terbang.
Baca juga: Kenapa Burung Pelikan Bermigrasi?
Burung yang tidak bisa terbang ini , yang disebut ratites, jelas berbeda dengan spesies unggas lainnya.
Dilansir dari National Geographic, Thomas Huxley, seorang biolog Inggris yang dijuluki "Bulldog Darwin", menemukan kesamaan di antara mereka, yakni susunan tulang di atap mulut mereka tampak lebih mirip reptil daripada burung lain.
Namun, Huxley bingung dengan fakta bahwa tinamous Amerika Selatan yang tinggal di darat tampaknya tidak cocok dengan ratite atau burung lain.
Tinamous bisa terbang dan mereka memiliki tulang dada yang berlunas, menunjukkan bahwa mereka berevolusi dengan burung terbang. Tetapi, tulang langit-langit tinamous cocok dengan ratites.
Para ilmuwan telah memperdebatkan hal ini selama 150 tahun. Saat ini, sebuah studi baru di jurnal Molecular Biology and Evolution telah menganalisis kumpulan data molekuler terbesar, mengklarifikasi posisi tinamous pada pohon evolusi dan menawarkan petunjuk tentang asal-usul ketidakmampuan burung besar untuk terbang.
Baca juga: Apakah Ada Burung Beracun?
Untuk memilah detailnya, para ilmuwan memeriksa hampir 1.500 segmen DNA dari tinamous, emu, burung unta, moa semak kecil yang punah, dan burung lainnya.
Setelah sandblasting dan penghancuran tulang kaki moa kuno untuk mengekstraksi dan mengurutkan DNA secara kimiawi, para ilmuwan membandingkan DNA-nya dengan spesies lain dan menjalankan beberapa model komputer yang mensimulasikan perubahan evolusioner molekuler.
Beberapa penelitian sebelumnya, yang umumnya menunjukkan posisi tinamous di pinggiran kelompok ratite, hanya mengandalkan ciri-ciri morfologi seperti detail kerangka.
Investigasi lain dari informasi genetik yang terbatas menunjukkan bahwa tinamous secara evolusioner terjerat dengan burung yang tidak bisa terbang.
Allan Baker, peneliti utama studi tersebut mengatakan, hasil studi menunjukkan bahwa tinamous berevolusi dalam ratites, bukan sebagai garis keturunan yang terpisah. Bahkan, uji DNA benar-benar memperlihatkan bahwa moa dan tinamous sangat erat hubungannya.
Baca juga: Apakah Burung Buang Air Kecil?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.