Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/02/2023, 12:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Burung unta adalah salah satu hewan tertinggi di dunia. Mereka memiliki kaki dan leher yang sangat panjang.

Dilansir dari AZ Animals, burung unta dapat mencapai tinggi antara 2 m hingga 3 m saat dewasa. 

Dengan kaki panjangnya, burung unta bisa berlari sangat cepat hingga 64 km per jam, meski masih lebih lambat dari cheetah. 

Meski termasuk kelompok burung, burung unta tidak bisa terbang dan mereka memiliki sayap yang lebarnya hingga 1,8 m.

Kenapa burung unta tidak bisa terbang?

Burung unta, emu, kasuari, rhea, dan kiwi tidak bisa terbang. Tidak seperti kebanyakan burung, burung-burung tersebut memiliki tulang dada rata dan tidak memiliki lunas yang menahan otot-otot dada yang kuat yang diperlukan untuk terbang. 

Baca juga: Kenapa Burung Pelikan Bermigrasi?

Burung yang tidak bisa terbang ini , yang disebut ratites, jelas berbeda dengan spesies unggas lainnya.

Dilansir dari National Geographic, Thomas Huxley, seorang biolog Inggris yang dijuluki "Bulldog Darwin", menemukan kesamaan di antara mereka, yakni susunan tulang di atap mulut mereka tampak lebih mirip reptil daripada burung lain.

Namun, Huxley bingung dengan fakta bahwa tinamous Amerika Selatan yang tinggal di darat tampaknya tidak cocok dengan ratite atau burung lain.

Tinamous bisa terbang dan mereka memiliki tulang dada yang berlunas, menunjukkan bahwa mereka berevolusi dengan burung terbang. Tetapi, tulang langit-langit tinamous cocok dengan ratites.

Para ilmuwan telah memperdebatkan hal ini selama 150 tahun. Saat ini, sebuah studi baru di jurnal Molecular Biology and Evolution telah menganalisis kumpulan data molekuler terbesar, mengklarifikasi posisi tinamous pada pohon evolusi dan menawarkan petunjuk tentang asal-usul ketidakmampuan burung besar untuk terbang.

Baca juga: Apakah Ada Burung Beracun?

Untuk memilah detailnya, para ilmuwan memeriksa hampir 1.500 segmen DNA dari tinamous, emu, burung unta, moa semak kecil yang punah, dan burung lainnya. 

Setelah sandblasting dan penghancuran tulang kaki moa kuno untuk mengekstraksi dan mengurutkan DNA secara kimiawi, para ilmuwan membandingkan DNA-nya dengan spesies lain dan menjalankan beberapa model komputer yang mensimulasikan perubahan evolusioner molekuler.

Beberapa penelitian sebelumnya, yang umumnya menunjukkan posisi tinamous di pinggiran kelompok ratite, hanya mengandalkan ciri-ciri morfologi seperti detail kerangka. 

Investigasi lain dari informasi genetik yang terbatas menunjukkan bahwa tinamous secara evolusioner terjerat dengan burung yang tidak bisa terbang.

Allan Baker, peneliti utama studi tersebut mengatakan, hasil studi menunjukkan bahwa tinamous berevolusi dalam ratites, bukan sebagai garis keturunan yang terpisah. Bahkan, uji DNA benar-benar memperlihatkan bahwa moa dan tinamous sangat erat hubungannya.

Baca juga: Apakah Burung Buang Air Kecil?

Asal usul burung besar tidak bisa terbang 

Analisis poisi tinamous pada pohon evolusi menawarkan sekilas tentang asal-usul ketidakterbangan. Semua ratite, termasuk tinamous, mungkin memiliki nenek moyang yang bisa terbang.

Tinamous mempertahankan kemampuannya untuk terbang, sementara garis keturunan lainnya kehilangan kemampuan terbangnya. 

Kata Baker, sangat tidak mungkin jika tinamous mengevolusikan kembali penerbangan dari nenek moyang yang tidak bisa terbang.

Studi ini membalikkan cerita alternatif yang sering dikutip. Para ilmuwan berspekulasi bahwa pecahnya bagian selatan superbenua Pangaea memisahkan populasi nenek moyang ratite yang tidak bisa terbang. 

Setiap kelompok yang terkurung daratan berevolusi di tempat, menciptakan burung-burung yang menakjubkan dan unik yang dikenal saat ini, yakni burung unta di Afrika, rhea di Amerika Selatan, emu dan kasuari di Australia, burung gajah yang punah di Madagaskar, serta kiwi dan moa yang punah di Selandia Baru. 

Baca juga: Apakah Burung Nasar Hanya Makan Bangkai?

Kisah itu dengan mudah menjelaskan bagaimana burung yang tidak bisa terbang menyebar melintasi lautan.

Tetapi, sekarang sepertinya masing-masing kelompok menginvasi Selandia Baru secara terpisah. Bukti baru tidak sejalan dengan waktu terbelahnya Pangaea lebih dari 100 juta tahun yang lalu.

Ratite berevolusi menjadi garis keturunan terpisah antara 90 dan 70 juta tahun yang lalu, sementara tinamous dan moa menyimpang sekitar 45 juta tahun yang lalu, menurut penelitian tersebut. 

Baker dan rekan-rekannya tidak dapat mengesampingkan temuan bahwa burung-burung itu terbang ke setiap benua dan kemudian secara mandiri mengembangkan ciri-ciri mereka yang tidak bisa terbang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com