Rumah kaca merupakan pengembangan matahari awal lainnya, yakni dengan mengubah sinar matahari menjadi panas, maka rumah kaca akan memungkinkan tanaman dapat tumbuh di luar musim.
Konsep ini juga digunakan untuk menanam tumbuhan yang mungkin dapat tumbuh di luar iklim yang tidak cocok.
Setelah makanan dipanen, energi matahari dapat digunakan untuk memasaknya. Pada tahun 1767, Horace de Saussure, seorang fisikawan Swiss, membangun kompor kotak surya pertama.
Kompor tersebut dapat mencapai panas hingga 87,8 derajat Celsius dan digunakan untuk memasak buah.
Baca juga: Sejarah Matahari Dapat Tersembunyi di Bulan, Ini Alasannya
Saat ini, sudah ada banyak jenis kompor sura yang digunakan untuk memasak, mengeringkan, dan pasteurisasi, yakni untuk memperlambat pertumbuhan mikroba dalam makanan.
Energi panas matahari dapat digunakan untuk memanaskan air dan pertama kali diperkenalkan pada akhir 1800-an, pemanas air tenaga surya merupakan peningkatan besar dibandingkan kompor yang membakar kayu atau batu bara.
Kompor ini dinilai lebih bersih dan biaya pengoperasiannya lebih murah. Namun, pada awal 1900-an, minyak dan gas alam yang berbiaya rendah mulai tersedia dan sistem air tenaga surya pun mulai diganti.
Selain untuk memanaskan air, energi matahari dapat digunakan untuk membuatnya dapat diminum, atau cocok untuk diminum, dan salah satu metode adalah desinfeksi matahari (SODIS). Metode ini diyakini mengurangi virus, bakteri dan protozoa dalam air.
Baca juga: Apakah Badai Matahari Bisa Menghancurkan Bumi? Ini Penjelasannya
Sel surya dapat mengubah sinar matahari langsung menjadi listrik. Jumlah daya yang dihasilkan oleh setiap sel matahari ini sangat rendah.
Oleh karena itu, sejumlah besar sel harus dikelompokkan bersama, seperti panel yang dipasang di atap rumah, untuk menghasilkan daya yang cukup.
Sel surya pertama, bentuk pemanfaatan energi matahari ini dibangun pada tahun 1880-an. Aplikasi utama paling awal adalah pada satelit Amerika Vanguard I, diluncurkan pada tahun 1958.
Pemanfaatan tenaga surya, jika dapat digunakan secara maksimal akan dapat menjadi solusi terbaik dalam mengurangi polusi udara akibat penggunaan tenaga bahan bakar fosil, seperti batu bara sebagai bahan bakar utama untuk pembangkit listrik.
Namun, pemanfaatan energi matahari masih harus banyak menghadapi berbagai tantangan.
Kendati demikian, di sisi lain, Matahari menawarkan energi bebas dan bersih yang berlimpah. Bahkan, matahari dapat memberi lebih banyak energi dari apa yang bisa kita gunakan.
Pertanyaannya, kapan kita akan mulai memanfaatkan energi matahari yang melimpah ini?
Baca juga: Bagaimana Matahari Terbenam di Sisi Barat? Ini Penjelasannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.