Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situs Prasejarah Gua Harimau Simpan Berbagai Artefak Paleolitik hingga Sisa-sisa Tubuh Manusia

Kompas.com - 06/08/2022, 20:03 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gua Harimau yang berada di Bukit Karang Sialang, Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, menjadi situs prasejarah yang menyimpan berbagai artefak paleolitik.

Menurut Peneliti dari dari Pusat Riset Arkeometri, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Adhi Agus Oktaviana, hal itu didapatkan dari riset yang berlangsung sejak tahun 2009.

Adhi menyampaikan, Gua Harimau merupakan situs gua prasejarah dengan temuan kubur yang sangat banyak yakni lebih dari 81 individu dengan sistem dan posisi penguburan bervariasi.

Spesimen ini diperkirakan berasal dari budaya neolitik yang berlanjut hingga paleometalik. Adapun kubur di Gua Harimau pertama kali ditemukan oleh Prof. Ris. Dr. Truman Simanjuntak, di tahun 2009.

"Riset di Gua Harimau tidak terlepas dari riset-riset sebelumnya, ada penelitian tahun 1995. Di sini banyak sekali temuan artefak paleolitik yang pada era pleistosen sebelumnya," terangnya dalam webinar Menyingkap Misteri Asal Usul Leluhur Kita, Genetik Purba dan Budaya Prasejarah Nusantara, Selasa (2/8/2022).

Baca juga: 3 Situs Arkeologi Bisa Dijelajah Secara Virtual, Dari Maros Pangkep hingga Gua Harimau

Dijelaskannya, ada dua area yang diteliti di situs prasejarah Gua Harimau tersebut yakni paleolitik di Bunga Mas dan paleolitik dari Padang Bindu.

Mengenai hunian di sekitar Padang Bindu, kata Adhi, terdapat beberapa situs paleolitik di aliran DAS Sungai Ogan, dan hunian gua lain di antaranya gua Akar dan Gua Harimau.

Situs Gua Harimau sendiri memiliki tinggalan arkeologi yang cukup lengkap dari 22.000 sampai 2.000 tahun yang lalu.

"Hunian paling lengkap kita temukan di Gua Harimau, sampai saat ini untuk hasil analisis dari hasil ekskavasi kita sampai sekitar 22.000 tahun yang lalu," imbuhnya.

Penemuan pertama kali situs prasejarah Gua Harimau

Gua harimau ini dilaporkan oleh penduduk sekitar kepada tim peneliti yang sedang meneliti di Karak Laluan. 

Kandidat PhD dari Griffith University itu menyebutkan, adanya bukti-bukti penghunian di situs prasejarah Gua Harimau yang berasal dan akhir masa pleistosen, yakni 22.000 tahun yang lalu sehingga dapat mengisi awal masa prasejarah di Sumatera

Baca juga: Situs Prasejarah Maros Pangkep, Ada Gambar Cadas Theriantropik Tertua di Dunia

"Menarik juga di Gua Harimau (lokasi) ditemukan pertama kali lukisan gua di wilayah barat Indonesia. Jadi, secara signifikan ada penambahan data di tahun 2009. Sebelumnya kalau kita lihat peneliti untuk gambar cadas memperkirakan sampai tahun 90-an lukisan gua hanya ditemukan sampai ke Kalimantan Timur," papar Adhi. 

Usai penemuan situs prasejarah tersebut, para peneliti melakukan proses ekskavasi menggunakan sudip bambu, di mana sedimen tanah dikirim ke Sungai Ayakan Basah menggunakan troli, lalu temuannya disortir.

"Bisa kita lihat sangat beragam sekali temuan, baik dari artefak litik, obsidian, alat batu, serta fragmen-fragmen mikrofauna seperti ada kelelawar. Hasil penelitian ini dari tim bisa kita lihat bahwa ditemukan subsistensi masyarakat prasejarah di Oku dari hasil penelitian di Gua Harimau," katanya. 

Dari bukti kubur yang ditemukan, individu tidak hanya memakan hewan babi atau kijang tetapi juga mengonsumsi kerang di sekitar situs.

Baca juga: Manusia Prasejarah Ciptakan Seni dengan Api, Studi Mengungkapnya

 

Selain itu, terdapat temuan kerang-kerang yang berasal dari pesisir atau lautan untuk dijadikan perhiasan.

Situs ini juga menyimpan bekal kubur lainnya seperti kapak dari perunggu, gelang, dan serpih-serpih obsidian.

"Secara kultural, penguburan di Gua Harimau sangat kompleks, ada yang individual, couple, berdampingan, ada juga yang berkelompok," ucap Adhi. 

Ditemukan pula individu dewasa yakni seorang ibu dengan bekal kubur berupa gelang, di mana di bawah kakinya ada tulang kecil yang kemungkinan anak atau bayi. Di bawahnya lagi ditemukan kubur seorang pria. 

"Sedangkan dari hasil-hasil pertanggalan bisa kita lihat bahwa ada kubur dari sekitar 4.500 before christian sampai ke sekitar 1.000 tahun yang lalu," jelasnya. 

Baca juga: Proses Panjang Penemuan Tulang Rahang Manusia Prasejarah Tertua di Sulawesi

Ditemukannya bukti awal ras Australomelanesid yang hidup berdampingan dengan ras Mongoloid di Gua Harimau, lanjut dia, dapat menjadi cermin keberagaman dan toleransi. 

Studi yang dipublikasikan di jurnal PLOS one tahun 2019 dari hasil kerja sama dengan Sapporo Medical Univeristy, Jepang dengan Prof Hirofumi Matsumura diketahui ada beberapa hasil jejak DNA yang ditemukan, dan ada salah satu DNA yang unik. 

"Untuk jejak-jejak paleometalik ditemukan di kubur-kubur ini, dan ini salah satu bukti logam awal di Nusantara yang ditemukan di Gua Harimau," ungkap Adhi. 

Berdasarkan penelitiannya yang dibantu para ahli lain, Adhi turut menemukan motif-motof yang belum dilaporkan di tahun 2010.

Baca juga: Manusia Prasejarah Juga Suka Kumpulkan Barang Bekas, Apa Alasannya?

Misalnya saja di relung kecil ditemukan motif geometris tambahan, garis vertikal tambahan di atas galeri barat, dan kuasan jari.

"Sayangnya dari sekitar 50-an gambar cadas yang ditemukan di gua harimau tidak terdapat sampel pertanggalan, jadi belum tahu korelasi langsungnya dengan yang ada di Gua Harimau," tambahnya lagi. 

Adhi pun berharap penelitian lanjutan dapat melibatkan berbagai bidang ilmu atau multidisiplin, sehingga bisa dikembangkan menjadi pusat studi atau laboratorium lapangan sehingga bisa menjadi kebanggaan daerah maupun nasional.

"Kolaborasi ini menghasilkan riset dari sekitar 10 tahun yang lalu, dari 2009 sampai sekarang sudah menjadi situs Cagar Budaya Nasional, dan sudah ada museum yang bagus di sana, Museum Si Pahit Lidah dan mungkin tahun ini akan diresmikan," pungkasnya. 

Baca juga: Arkeolog Temukan Ibukota Mode Zaman Prasejarah di Spanyol, Seperti Apa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com