KOMPAS.com - Penyakit cacar monyet atau monkeypox disebut berpotensi menular pada kelompok berisiko tinggi, termasuk anak-anak.
Pasalnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut tengah menyelidiki laporan kasus cacar monyet pada anak di Inggris, dan menindaklanjuti kasus di Spanyol serta Perancis.
Dari laporan yang ada, anak-anak tersebut mengalami gejala yang tidak parah. Namun WHO tidak menjelaskan secara detail gejala yang dialami anak-anak itu.
Baca juga: Ada 3.413 Kasus Cacar Monyet di 50 Negara, Ini Rekomendasi WHO
Melihat penularan cacar monyet yang tidak hanya dialami orang berusia dewasa, WHO mengingatkan bahwa ibu hamil dan orang dengan gangguan kekebalan juga berisiko terpapar virus ini.
"Saya khawatir tentang penularan yang berkelanjutan (cacar monyet), karena itu menunjukkan bahwa virus dapat menular ke kelompok berisiko tinggi termasuk anak-anak, orang yang mengalami gangguan kekebalan, dan wanita hamil," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Adapun penularan berkelanjutan virus cacar monyet yang dimaksudkannya, ialah sebagai penyakit yang dapat menular dengan mudah dari satu orang ke orang lainnya dalam populasi.
Dilansir dari CBS News, Kamis (30/6/2022) menurut WHO cacar monyet hingga saat ini telah diidentifikasi di lebih dari 50 negara non-endemik.
Kasus konfirmasi positif cacar monyet pun mengalami peningkatan, yang membuat WHO menyerukan agar pemerintah setiap negara memaksimalkan pengujian terhadap kasus probable.
Sejak Mei 2022, ada lebih dari 3.400 kasus cacar monyet dan satu kematian yang dilaporkan oleh negara-negara di luar Afrika yang merupakan negara endemik penyakit ini. Sebagian besar kasus di Eropa tercatat dialami pria yang berhubungan seks dengan pria.
Baca juga: Bagaimana Karakteristik Cacar Monyet? Ini Penjelasan Kemenkes
Di sisi lain, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, memastikan cacar monyet belum ditemukan di Indonesia.
Meski begitu, Kemenkes sedang melakukan pengetatan di pintu masuk negara seperti di kantor kesehatan pelabuhan (KKP) dan di bandara.
Dia menyebut, bagi orang yang bergejala, terutama pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) harus melakukan pemeriksaan yang menyeluruh, guna memastikan apakah terinfeksi cacar monyet atau bukan.
"Iya (skiriningnya jika ada gejala) sama kalau ada riwayat dia dari Kongo ternyata dia ada panas, ada sakit kepala, kemudian ad benjolan harus diwaspadai. Dan itu belum menular dia, itu namanya masa invasi, kemudian masa erupsi itu yang menular," ungkap Syahril saat ditemui di gedung Kemenkes, Rabu (29/6/2022).
Dalam mendeteksi dini cacar monyet, pemerintah juga telah menyiapkan dua laboratorium di antaranya:
Cacar monyet adalah penyakit yang umumnya ringan, dan endemik di beberapa wilayah Afrika Barat dan Afrika Tengah.
Virus ini dapat menular melalui kontak fisik dekat, yang artinya bisa dicegah penularannya dengan melakukan isolasi diri dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Baca juga: CDC Peringatkan Cacar Monyet Muncul dengan Gejala Tidak Biasa, Apa Saja?