Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/07/2022, 16:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebanyak 30 peneliti Indonesia dari berbagai bidang telah terpilih, untuk menjalani program pelatihan kepemimpinan selama sembilan bulan.

Dalam waktu tersebut, para peserta program akan mengikuti serangkaian lokakarya dari fasilitator, dan pembicara internasional.

Selain itu, mereka akan mengikuti sesi mentoring bersama tokoh sains terkemuka dari dalam maupun luar negeri, serta terlibat dalam berbagai kegiatan kolaboratif di antara peserta.

Program bertajuk “Science Leadership Collaborative” atau SLC itu, diselenggarakan The Conversation Indonesia berdasarkan studi pendahuluan terhadap lebih dari 300 ilmuwan muda, mengenai kebutuhan mereka dalam berkarier.

Baca juga: Atasi Permasalahan Stunting di Indonesia, Peneliti BRIN Manfaatkan Teknik Analisis Nuklir

Adapun studi tersebut menemukan potensi serta ambisi peneliti Indonesia untuk menjadi ilmuwan kelas dunia, belum didukung oleh pengembangan kapasitas kepemimpinan yang memadai.

“Saya sudah melakukan kolaborasi dengan berbagai individu dan mitra, hanya saja masih kurang dalam aspek kepemimpinan,” ujar Dr Ricardo Tapilatu, selaku Kepala Pusat Penelitian Sumberdaya Laut Pasifik di Universitas Papua sekaligus salah seorang peserta dalam program SLC.

“Inilah yang mendorong saya untuk mengikuti program SLC, untuk menunjukkan bahwa peneliti dari Indonesia Timur dapat juga memimpin dan membangun kolaborasi," sambung dia.

Science Leadership Collaborative secara spesifik dirancang menggunakan metode terdepan untuk mendukung perkembangan vertikal para peserta, khususnya dalam aspek kepemimpinan serta kolaborasi.

Program ini, menggunakan pendekatan seperti Leadership Development yang dikembangkan di Harvard University, dan kerangka pemikiran dari ahli disrupsi dan organisasi eksponensial dari India Salim Ismail, pelopor pemikiran sistem dari Amerika Serikat Barry Oshry , dan Nora Bateson seorang pengembang teori kompleksitas dari Swedia.

“Saya rasa kemampuan untuk memimpin dan berkolaborasi adalah dua hal yang perlu kita bangun sejak awal karir kita sebagai peneliti. Semoga program ini bisa melahirkan pemimpin-pemimpin sains baru di Indonesia," ungkap ilmuwan senior yang juga mantan Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof Sangkot Marzuki.

Baca juga: Cara Baru Penanganan Serangan Jantung, Peneliti Indonesia Kenalkan Code Stemi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com