Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebanyak 30 Peneliti Indonesia Jalani Program Kepemimpinan Ilmuwan, Siapa Saja?

Kompas.com - 01/07/2022, 16:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

21. Nuraziz Handika

Aziz adalah dosen dan peneliti di Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

Ia memperoleh gelar doktor dari INSA Toulouse, Prancis. Ia merupakan ahli di bidang rekayasa struktural, terutama dalam percobaan dan pemodelan mekanika rekahan suatu struktur dan material.

Nuraziz juga tergabung dalam Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan, kumpulan para ahli jembatan dari berbagai unsur yang bertugas melakukan evaluasi keamanan jembatan dan terowongan agar memenuhi standar yang berlaku.

22. Rhesi Kristiana

Rhesi adalah peneliti dan ketua Marine Education & Research Organisation (MERO) Foundation, sebuah pusat pendidikan dan riset kelautan di Bali. Ia memiliki gelar master dan doktor di bidang manajemen sumber daya pantai dari Universitas Diponegoro, Semarang.

Riset yang dilakukan Rhesi berkaitan erat dengan mikrobiologi kelautan, dan penemuan molekul dari laut yang dapat dijadikan bahan obat untuk manusia.

Saat ini Rhesi juga terlibat dalam beberapa proyek riset kolaboratif mengenai molekul laut dengan ilmuwan di Indonesia, Belanda, Jerman, dan Malaysia.

Ia juga menjadi salah satu penerima Science & Technology Research Grant 2021, yaitu bantuan dana riset dari Indonesia Toray Science Foundation (ITSF) untuk peneliti-peneliti muda di perguruan tinggi dan lembaga penelitian.

23. Ricardo F. Tapilatu

Ricardo adalah dosen dan juga Kepala Pusat Penelitian Sumberdaya Laut Pasifik,
Universitas Papua. Ia menerima gelar doktor dari University of Alabama at
Birmingham, Amerika Serikat.

Dedikasinya untuk konservasi laut mengantarkannya menjadi salah satu peraih The Pew Fellows Program in Marine Conservation, sebuah penghargaan yang diberikan kepada individu atau kelompok atas kontribusinya dalam melestarikan dan melindungi lautan dan spesies laut dunia, di tahun 2018.

Ricardo pun terlibat dalam berbagai proyek riset dan konservasi megafauna laut
serta pembangunan sistem berkelanjutan dalam pemanfaatan sumber daya laut.

24. Riska Ayu Purnamasari

Riska adalah seorang peneliti di Innovation Center for Tropical Sciences (ICTS), sebuah organisasi yang berfokus pada penelitian dan pengembangan, edukasi, penggunaan, serta pemberdayaan ilmu pengetahuan dan teknologi tropis.

Selain memiliki gelar doktor di bidang ilmu spasial multidisiplin dari University of Tsukuba,
Jepang, Riska juga merupakan ahli di bidang pertanian, biologi, lingkungan, patologi
tanaman, penginderaan jauh, dan sistem informasi geografis (SIG).

Riset-risetnya berkaitan dengan pengaplikasian SIG dan penginderaan jauh di bidang
pertanian serta dampak perubahan iklim terhadap produktivitas pertanian.

25. Suwarti

Suwarti adalah peneliti penyakit menular yang juga merupakan postdoctoral fellow
di Eijkman Oxford Clinical Research Unit (EOCRU).

Ia bergabung dengan EOCRU
pada 2019 sebagai bagian dari tim di program tuberkulosis, setelah sebelumnya
menjadi postdoctoral fellow di Indonesia Medical Education and Research Institute
(IMERI).

Sebelumnya, ia turut mengembangkan vaksin tuberkulosis di National Institutes of Biomedical Innovation, Health and Nutrition, organisasi yang berfokus pada penelitian dan pengembangan teknologi untuk obat-obatan dan alat kesehatan
di Jepang.

Lulusan doktor dari Hokkaido University, Jepang ini banyak terlibat dalam berbagai proyek riset, terutama mengenai diagnostik molekuler untuk tuberkulosis, leptospirosis, dan Covid-19.

 Baca juga: Setahun Covid-19 Indonesia Ini Inovasi Karya Anak Bangsa Lawan Pandemi Corona

26. Tunjung Mahatmanto

Tunjung merupakan dosen Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan di Universitas Brawijaya, Malang. Riset-risetnya fokus di bidang biosains molekuler dan bioteknologi industri. Ia menyelesaikan studi doktoralnya pada tahun 2015 di University of Queensland, Australia.

Pada tahun 2016-2018, Tunjung menjadi postdoctoral research fellow di Biodesign Institute, Arizona State University, Amerika Serikat, dan menerima penghargaan Aristotle Award atas risetnya yang menggunakan pendekatan paling transdisipliner di lembaganya.

Saat ini, Tunjung juga menjabat sebagai penasihat di PT. PG Rajawali I, perusahaan yang bergerak di bidang agroindustri tebu.

27. Venticia Hukom

Venticia adalah ahli ekonomi di bidang budidaya perairan yang saat ini menjabat sebagai Manajer Sistem Pertanian Pangan di Yayasan Inobu, sebuah lembaga penelitian yang berfokus untuk memperkuat inovasi kebijakan dan desain yang mengarah pada produksi komoditas dan penggunaan sumber daya alam yang adil dan berkelanjutan.

Ia memperoleh gelar doktor di bidang ekonomi sumber daya dan pangan dari University of Copenhagen, Denmark.

Memiliki latar belakang manajemen budidaya, Venticia juga memiliki pengalaman bekerja sebagai Manajer Proyek dan Peneliti di salah satu perusahaan di Malaysia, Global Satria Sdn. Bhd, Malaysia.

28. Watumesa Agustina Tan

Watumesa adalah lektor di Program Studi Bioteknologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Setelah mendapatkan gelar sarjana pada tahun 2007, ia langsung melanjutkan pendidikannya ke jenjang doktoral pada tahun 2010 di University of California Davis, Amerika Serikat dengan beasiswa Fulbright.

Riset-risetnya berkaitan erat dengan keberlanjutan lingkungan melalui pengelolaan limbah, terutama dari aspek genetik mikrobiologis dan molekuler.

Watumesa adalah penerima Science and Technology Research Grant dari Indonesia Toray Science Foundation (ITSF) untuk risetnya terkait penggunaan bakteri dalam penguraian plastik biodegradable.

29. Yerik Afrianto Singgalen

Yerik merupakan dosen Program Studi Pariwisata di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta. Ia memperoleh gelar doktor dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, tahun 2019.

Riset-risetnya berfokus pada kajian pariwisata, sistem informasi, dan studi pembangunan. Yerik memiliki visi untuk merancang sistem pengelolaan destinasi pariwisata terpadu di Indonesia yang juga memberdayakan masyarakat.

Saat ini, Yerik sedang melakukan riset terkait manajemen ekoturisme di Pulau Dodola di Morotai, Maluku Utara.

30. Yosmina Tapilatu

Yosmina adalah peneliti yang saat ini juga menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Pusat Riset Laut Dalam, BRIN.

Ia mendapatkan gelar doktor dari Universite Aix-Marseille II (sekarang Aix-Marseille University), Prancis.

Riset-risetnya berfokus pada kajian ekologi kelautan dan studi laut dalam. Pada tahun 2011, ia menjadi salah satu peneliti perempuan yang memenangkan L’Oreal-UNESCO Indonesia For Women in Science, sebuah program pendanaan untuk ilmuwan perempuan yang berkontribusi dalam sains.

Dia juga menerima hibah pascadoktoral dari DAAD, organisasi pendanaan untuk pertukaran pelajar dan peneliti internasional dari Jerman, pada 2020.

Baca juga: Perlu TTO agar Karya Peneliti Indonesia Bisa Segera Dirasakan oleh Masyarakat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com