Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi 5 Bulan Meninggal Dianiaya Ibu Kandung, Ini Kata Psikolog

Kompas.com - 29/06/2022, 11:03 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang bayi berusia lima bulan berinisial AD di Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya, Jawa Timur, tega dianiaya oleh ibunya sendiri yang berinisial SE.

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com edisi Senin (27/6/2022), polisi mengatakan alasan pelaku melakukan tindakan tersebut karena kesal terhadap korban yang sering rewel dan menangis.

Hal ini senada dengan kesaksian ibu kandung pelaku, ESB yang berujar bahwa pelaku pernah melempar anaknya ke kasur karena menangis terus.

"Saksi pernah melihat pelaku melempar anaknya ke tempat tidur karena terus-terusan menangis saat digendong," kata Kapolsek Wonocolo Kompol Roycke Hendrik Fransisco Betaubun.

Korban diduga meninggal setelah dipukul bagian belakang oleh pelaku pada Kamis (23/6/2022). Kepada polisi, SE mengaku usai dipukul, bayinya itu tidak bergerak. Lalu SE menyerahkan bayinya kepada ESB, dan diduga kuat korban sudah dalam kondisi meninggal dunia.

Saat itu, pelaku bahkan mengaku hendak pergi ke Yogyakarta bersama suaminya pada pukul 06.00 WIB. Akan tetapi, SE tidak menghiraukan bahkan mengancam ESB.

Baca juga: Bayi Tak Perlu Mandi Setiap Hari, Apa Alasannya? Dokter Jelaskan

Kompas.com menghubungi Kasandra Putranto, Psikolog Klinis dan Forensik Kasandra Associates, untuk mengetahui mengapa terjadi kasus bayi 5 bulan di Surabaya tewas dianiaya ibu kandung

Dia mengatakan, pada dasarnya seorang psikolog diatur oleh kode etik dalam memberikan analisa terhadap kasus yang sedang terjadi di masyarakat tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.

Kendati demikian, Kasandra mengungkapkan pada kasus-kasus pembunuhan yang melibatkan korban bayi di bawah usia satu tahun, disebut sebagai infanticide.

"Berbagai faktor dapat diduga terkait atau merupakan penyebab dari keputusan seorang ibu untuk membunuh anaknya, terutama yang berusia di bawah satu tahun," terang Kasandra, Selasa (28/6/2022).

Dugaan penyebab ibu tega aniaya bayi sendiri

Kasandra berkata, menurut Windham dan kawan-kawan (2014) kekerasan fisik berat yang dilakukan seorang ibu terhadap anak, dalam kasus bayi 5 bulan dianiaya ibu kandungnya, secara signifikan terkait dengan karakteristik orangtua, antara lain kondisi depresi ibu dan tindak kekerasan dari pasangan.

Baca juga: Bayi Menerima Transplantasi Jantung dan Implan Jaringan Timus dari Donor yang Sama, Apa Hasilnya?

ES, ibu bayi 5 bulan yang meninggal di dalam rumah akibat disiksaKOMPAS.COM/ACHMAD FAIZAL ES, ibu bayi 5 bulan yang meninggal di dalam rumah akibat disiksa

Peltonen, et. Al, tahun 2014 juga menemukan bahwa pada para Ibu, stres terkait pekerjaan atau keluarga dan kurangnya bantuan dalam menangani masalah pengasuhan, terdeteksi sebagai faktor risiko untuk tindakan kekerasan yang parah terhadap anak sendiri.

Hal ini bisa menyebabkan baby blues syndrome, dan menambah faktor risiko untuk terjadinya kekerasan terhadap bayi atau anak.

Selain itu, Sandra Newman (2019) menyebutkan sepanjang sejarah pembunuhan bayi telah dikaitkan dengan kemiskinan dan status bayi yang rendah.

Ketika ditanya soal kemungkinan adanya baby blues syndrome dalam kasus pembunuhan bayi di Surabaya tersebut, Kasandra mengaku perlu ada pemeriksaan lebih lanjut terhadap pelaku.

"Sekali lagi untuk bisa menjawab kasus, harus ada pemeriksaan terhadap pelaku pembunuhan dalam hal ini ibu kandung dan ayah kandung, yang secara bersama-sama tentu ikut bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup serta kesehatan fisik dan mental anak," jelasnya.

Ia menuturkan, menurut Smith dan Segal (2021) sebagian besar perempuan mengalami setidaknya beberapa gejala baby blues syndorme setelah melahirkan. Kondisi itu disebabkan perubahan hormon yang tiba-tiba usai melahirkan, dikombinasikan dengan stres, isolasi diri, kurang tidur, serta kelelahan.

Dalam situasi ini mungkin sang ibu merasa kewalahan, dan rapuh secara emosional.

 

Baca juga: Cuti Melahirkan 6 Bulan, Apa Saja Dampak Baik bagi Kesehatan Ibu dan Bayi?

Umumnya, hal itu akan dimulai dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan, memuncak sekitar satu minggu, dan berkurang pada akhir minggu kedua pasca persalinan.

Baby blues syndrome sendiri sangat normal terjadi, namun bila gejalanya tidak hilang setelah beberapa minggu atau memburuk, mungkin seseorang menderita psikosis postpartum atau psikosis pasca-persalinan.

Psikosis pasca-persalinan adalah gangguan yang jarang, tetapi sangat serius yang dapat berkembang setelah melahirkan, ditandai dengan hilangnya kontak dengan kenyataan.

Lantaran risiko tinggi untuk bunuh diri atau pembunuhan bayi, rawat inap biasanya diperlukan untuk menjaga keselamatan ibu dan bayinya.

Psikosis postpartum berkembang secara tiba-tiba, biasanya dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, dan kadang-kadang dalam 48 jam. Gejalanya meliputi:

  • Halusinasi (melihat hal-hal yang tidak nyata atau mendengar suara-suara)
  • Delusi (keyakinan paranoid dan irasional)
  • Agitasi dan kecemasan yang ekstrem
  • Pikiran atau tindakan bunuh diri
  • Kebingungan dan disorientasi
  • Perubahan suasana hati yang cepat
  • Perilaku aneh
  • Ketidakmampuan atau penolakan untuk makan atau tidur
  • Pikiran untuk menyakiti atau membunuh bayi

"Apakah ini terjadi pada kasus yang sedang dibahas, tentu harus dilakukan dengan pemeriksaan," papar Kasandra.

Baca juga: Cegah Stunting Sejak Bayi dalam Kandungan, Begini Saran Dokter

Ilustrasi ibu mengalami baby bluesfreepik Ilustrasi ibu mengalami baby blues

Penting pemeriksaan kesehatan psikologis ibu

Menanggapi kasus ibu siksa anak hingga meninggal dunia, Kasandra menyampaikan sebagai Warga Negara Indonesia, anak juga mendapatkan perlindungan penuh dari negara.

"Tentu saja kejadian ini perlu menjadi pembelajaran bagi seluruh masyarakat Indonesia agar tidak terulang kembali. Untuk menikah dan mempunyai anak, dibutuhkan kondisi psikologis yang memadai, agar dapat menjalankan peran sebagai istri dan sebagai ibu dalam keluarga," ucap dia.

Berkaitan dengan itu, edukasi kepada masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan psikologis (psychological check-up) bagi calon Ibu, maupun Ibu yang baru melahirkan sangat diperlukan.

"Kita harus mulai menyadari bahwa untuk pernikahan dibutuhkan kematangan mental. Masih banyak orang Indonesia yang meyakini bahwa pernikahan bisa menjadi solusi bagi anak yang sudah dewasa," imbuhnya.

Psychological check-up yang dimaksud ialah pemeriksaan kesehatan emosional, untuk membantu mendeteksi gangguan kesehatan mental dan potensi seorang Ibu menjadi pelaku atau korban kekerasan.

Baca juga: Cuti Melahirkan 6 Bulan, Dokter: Terbukti Berdampak Baik pada Kesehatan Ibu dan Bayi

Selain itu, berfungsi untuk melihat kesiapan seseorang menjadi Ibu. Dalam prosesnya, akan ada skrining untuk menilai faktor risiko yang dapat berupa genetik, perilaku, atau lingkungan.

"Bantuan profesional dalam bidang kesehatan mental sangat diperlukan sebagai salah satu tindakan preventif maupun dalam menangani kekerasan Ibu terhadap bayi atau anak," pungkas Kasandra.

Diberitakan sebelumnya, bahwa SE ditangkap saat perjalanan pulang dari Yogyakarta. Saat ini, SE, yang menyiksa anaknya, bayi 5 bulan, hingga meninggal dunia telah ditahan di Mapolsek Wonocolo.

Ibu bayi, SE, dijerat Pasal 80 Undang-Undang (UU) Perlindungan Anak dan atau Pasal 44 ayat 3 dan ayat 4 UU Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.

"Ancaman hukumannya 15 tahun sampai 20 tahun penjara," kata Roycke.

Baca juga: Menkes Budi Sebut 1,7 Juta Bayi di Indonesia Belum Mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com