Target menjadi tumpuan penilian kinerja suatu pusat riset dan kelompok riset, kemudian diturunkan ke target KKM individu setiiap peneliti.
Berdasarkan pengalaman saya selama hampir 2 tahun sebagai peneliti baru di BRIN, tidak ada anggaran dana publikasi dari setiap proyek penelitian yang ada di internal.
Sehingga, peneliti harus mencari berbagai strategi yang tanpa kepastian dan seringkali menjadikan target yang paling minimalis.
Ada dua jenis jurnal berdasarkan besaran biaya yang dibutuhkan, berbayar dan gratis. Rata-rata jurnal bereputasi tinggi, mewajibkan penulis membayar, setiap artikelnya diterima.
Akan tetapi, ada juga beberapa jurnal bereputasi tinggi yang tidak perlu membayar untuk setiap artikel yang diterima.
Baca juga: Indonesia Nomor Satu Publikasi Jurnal Akses Terbuka di Dunia, Apa Artinya?
Biasanya, jurnal gratis seperti ini tidak banyak alias langka dan tidak mudah untuk memasukkan manuskrip, karena jumlah artikel yang diterima dan periodenya sangat terbatas.
Ada beberapa alternatif yang dapat ditempuh penulis untuk mendapatkan slot gratis, yaitu melalui bidang kepakan yang sesuai, menjalin kerja sama dengan beberapa universitas atau lembaga penelitian di luar negri, dan menjadi reviewer di beberapa jurnal bereputasi tinggi.
Untuk mendapatkan kesempatan ini tidaklah mudah, apalagi peneliti junior yang belum memiliki banyak pengalaman dan jaringan kerja sama.
Solusi tepat yang dapat dicapai, yaitu BRIN harus membangun ekosistem publikasi yang dapat menampung semua karya-karya peneliti yang ada di Indonesia, bahkan dari luar negeri.
Mengingat makna dasar dari publikasi adalah sistem yang dilakukan berdasarkan peer review, dalam rangka untuk mencapai tingkat obyektivitas setinggi mungkin.
Ini sangat memungkinkan dilakukan, karena sudah banyak peneliti senior bahkan profesor di BRIN yang mempunyai banyak pengalaman dalam hal publikasi ilmiah.
Baca juga: Inovasi yang Kolosal
Ekosistem ini nanti akan dibangun berdasarkan standar ilmiah berskala internasional, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk bersaing dengan jurnal-jurnal internasional yang sudah populer sejak dulu di kalangan peneliti.
Hal ini juga membuka pintu baru untuk peneliti-peneliti di Indonesia, supaya tidak ketergantungan pada jurnal di luar negeri.
Sebagai lembaga atau badan riset terbesar di tanah air tercinta ini, sudah waktunya memulai memikirkan ekosistem ini, sehingga peneliti tidak lagi terkendala dalam mempublikasikan hasil-hasil risetnya.
Suhendra Pakpahan
Periset Zoologi Terapan – OR Hayati dan Lingkungan BRIN