Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sudah Saatnya BRIN Membangun Ekosistem Publikasi Ilmiah Berskala Internasional

Sesuai dengan visinya menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional yang andal, profesional, inovatif dan berintegritas, BRIN membangun sistem dan strategi yang sangat berbeda dari sebelumnya.

Penyatuan semua komponen penelitian dari kementerian dan lembaga menjadikan organisasi BRIN sangat besar.

Hal ini dilakukan untuk mempercepat pengembangan inovasi dan menghindari adanya tumpang tindih kegiatan diantara lembaga dan kementerian, sehingga mebuat anggaran negara tidak efisien.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko sangat bersemangat dalam membenahi infrastruktur di berbagai lokasi serta antusias memacu para penelitinya untuk meningkatkan kapasitasnya masing-masing.

Ada beberapa misi yang dilakukan untuk mencapai tujuan besar tersebut. Salah satu bagian pokok ialah setiap pegawai SDM iptek (fungsional peneliti) wajib melakukan penelitian unggulan dan harus mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal bereputasi, dengan tingkatan kualitas yang disesuaikan dengan jabatan fungsionalnya.

Hal pertama yang wajib dilakukan seorang peneliti adalah mencari ide atau gagasan penelitian sesuai dengan kompetensi dan mengajukannya ke pihak pemberi dana baik itu pemerintah atau swasta maupun ke luar negeri.

Semua peneliti berkompetisi dalam memperoleh dana penelitian untuk memenuhi KKM (Keluaran Kinerja Minimal) setiap tahunnya.

Komponen KKM disesuaikan dengan tingkat jabatan. Secara umum poin utama dalam KKM ini adalah publikasi ilmiah yang diakui.

Ini menjadi suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang peneliti setiap tahunnya, sementara dukungan dana publikasi tidak disediakan dan tidak dapat dimasukkan dalam proposal pengajuan dana.

Publikasi ilmiah adalah sistem publikasi yang dilakukan berdasarkan ulasan sejawat dalam rangka mencapai tingkat obyektivitas setinggi mungkin.

Berdasarkan lokasinya, ada dua jenis publikasi ilmiah yaitu skala nasional dan internasional, di mana nasional biasanya menggunakan bahasa Indonesia, sementara internasional menggunakan bahasa Inggris.

Kedua jenis publikasi ilmiah ini dibedakan berdasarkan tingkatan kualitas. Jurnal nasional dikelompokkan berdasarkan SINTA yaitu S6 - S1 dimana S1 merupakan level terbaik, sementara jurnal Internasional berdasarkan SCOPUS yaitu Q4 – Q1 dimana Q1 merupakan level tertinggi.


Pada umumnya, jurnal membutuhkan biaya untuk proses publikasi yang ditanggung oleh author. Biasanya pemberi dana penelitian tidak memberikan anggaran untuk biaya publikasi.

Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi beberapa peneliti di BRIN, karena harus mengeluarkan ekstra biaya untuk membayar penerbitan jurnal.

Biaya proses jurnal ini sanggat beragam, mulai dari gratis sampai puluhan juta rupiah setiap satu artikel.

Beberapa jurnal internasional bereputasi tinggi mewajibkan penulis untuk membayar puluhan juta untuk proses penerbitan artikel yang dikirim.

Besarnya biaya ini juga dipengaruhi oleh perbedaan nilai mata uang Indonesia dengan mata uang lain seperti US Dollar, Euro, dan lain-lain.

Konsekuensi dari kewajiban mempublikasikan hasil penelitian, banyak peneliti yang terpaksa mengeluarkan dana pribadi atau mencari sokongan dana dadakan yang tidak direncanakan dengan baik, demi memenuhi KKM tahunan.

Hal ini menjadi lumrah, karena tidak ada pilihan lain untuk mencegah mimpi yang lebih buruk lagi, yaitu pemotongan tunjangan kinerja selama setahun ke depan yang didasarkan pada pencapaian kinerja.

Sebagai pegawai tetap yang mengharapkan gaji untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga, pemotongan ini akan sangat memengaruhi pemenuhan kebutuhan keluarga.

Ini menjadi suatu momok yang sangat ditakutkan oleh para peneliti, sehingga banyak peneliti berusaha sekuat tenaga tanpa dibarengi strategi yang sehat untuk instansi.

Jika dilihat dari instansi BRIN sendiri, yang mana sudah sangat besar, seharusnya dapat memberikan strategi yang sehat buat setiap pegawainya dan memberikan solusi terbaik untuk setiap permasalahan yang ada.

Peneliti mengharapkan, ada suatu solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang menyangkut “kewajiban mempublikasikan hasil penelitian di jurnal bereputasi”, yang seharusnya menjadi perhatian khusus bagi setiap kepala pusat riset.

Hal ini karena setiap pusat riset mempunyai tanggung jawab untuk menghasilkan sejumlah publikasi di jurnal-jurnal bereputasi.


Target menjadi tumpuan penilian kinerja suatu pusat riset dan kelompok riset, kemudian diturunkan ke target KKM individu setiiap peneliti.

Berdasarkan pengalaman saya selama hampir 2 tahun sebagai peneliti baru di BRIN, tidak ada anggaran dana publikasi dari setiap proyek penelitian yang ada di internal.

Sehingga, peneliti harus mencari berbagai strategi yang tanpa kepastian dan seringkali menjadikan target yang paling minimalis.

Ada dua jenis jurnal berdasarkan besaran biaya yang dibutuhkan, berbayar dan gratis. Rata-rata jurnal bereputasi tinggi, mewajibkan penulis membayar, setiap artikelnya diterima.

Akan tetapi, ada juga beberapa jurnal bereputasi tinggi yang tidak perlu membayar untuk setiap artikel yang diterima.

Biasanya, jurnal gratis seperti ini tidak banyak alias langka dan tidak mudah untuk memasukkan manuskrip, karena jumlah artikel yang diterima dan periodenya sangat terbatas.

Ada beberapa alternatif yang dapat ditempuh penulis untuk mendapatkan slot gratis, yaitu melalui bidang kepakan yang sesuai, menjalin kerja sama dengan beberapa universitas atau lembaga penelitian di luar negri, dan menjadi reviewer di beberapa jurnal bereputasi tinggi.

Untuk mendapatkan kesempatan ini tidaklah mudah, apalagi peneliti junior yang belum memiliki banyak pengalaman dan jaringan kerja sama.

Solusi tepat yang dapat dicapai, yaitu BRIN harus membangun ekosistem publikasi yang dapat menampung semua karya-karya peneliti yang ada di Indonesia, bahkan dari luar negeri.

Mengingat makna dasar dari publikasi adalah sistem yang dilakukan berdasarkan peer review, dalam rangka untuk mencapai tingkat obyektivitas setinggi mungkin.

Ini sangat memungkinkan dilakukan, karena sudah banyak peneliti senior bahkan profesor di BRIN yang mempunyai banyak pengalaman dalam hal publikasi ilmiah.

Ekosistem ini nanti akan dibangun berdasarkan standar ilmiah berskala internasional, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk bersaing dengan jurnal-jurnal internasional yang sudah populer sejak dulu di kalangan peneliti.

Hal ini juga membuka pintu baru untuk peneliti-peneliti di Indonesia, supaya tidak ketergantungan pada jurnal di luar negeri.

Sebagai lembaga atau badan riset terbesar di tanah air tercinta ini, sudah waktunya memulai memikirkan ekosistem ini, sehingga peneliti tidak lagi terkendala dalam mempublikasikan hasil-hasil risetnya.

Suhendra Pakpahan
Periset Zoologi Terapan – OR Hayati dan Lingkungan BRIN

https://www.kompas.com/sains/read/2022/06/27/100500923/sudah-saatnya-brin-membangun-ekosistem-publikasi-ilmiah-berskala

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke