Oleh: Hana Arisesa
Gary Fellers, penulis buku “Creativity for Leaders”, pernah mengatakan “Knowing where you’re going helps you get there”.
Terbitnya Perpres No 33 tahun 2021 pada tanggal 28 April 2021, menjadi titik awal pembentukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sebagai lembaga riset dan inovasi pemerintah yang terintegrasi.
Maka sudah lebih dari satu tahun, BRIN berproses menuju cita-cita adiluhung membangun ekosistem riset dan inovasi untuk mendukung penguasaan Ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan amanat VISI INDONESIA 2045, sebuah refleksi 100 tahun Indonesia merdeka.
Pastinya, proses transformasi ini harus dilandasi oleh semangat perubahan untuk masa depan yang lebih cerah, bukannya membawa semangat usang yang akan membuat kemunduran iklim riset dan inovasi di tanah air.
Tentunya, sepanjang perjalanannya banyak dinamika yang pasti akan terjadi. Sehingga, sekarang permasalahannya bukan semata-mata tujuan saja, tetapi juga bagaimana sivitas BRIN memandang proses transformasi ini sebagai sebuah perjalanan dalam mewujudkan tujuan mulia tersebut.
Baca juga: Hasil Riset Implan Tulang Belakang BRIN Masuk Tahap Uji Klinis, Ini Manfaatnya
Memandang proses ini sebagai sebuah perjalanan, hal yang terpenting adalah kesungguhan niat. Bagaimana setiap sivitas BRIN memandang transformasi ini sangat menentukan kesuksesan perjalanan ini.
Seiya dan sekata, begitulah istilahnya, walaupun bisa berbeda titik dan koma. Bergerak dalam bingkai kafilah besar sembari memainkan perannya masing-masing.
Ada peran penunjuk jalan, ada peran di balik layar. Ada bagian penunggang kuda besi ada bagian penunggang telapak kaki, masing-masing saling bekerja sama, saling bahu membahu, saling bantu membantu, tanpa ada percecokan, tanpa ada pertengkaran, maupun perkelahiran, atau bahkan ada yang berbalik ke belakang.
Untuk mewujudkan hal tersebut, kalau tidak bisa dikatakan mustahil, tentunya akan sangat sulit.
Sebagaimana peribahasa “tidak ada jalan yang berlubang”, pastilah akan ada riak-riak yang akan muncul ke permukaan. Sikap yang ragu-ragu untuk melangkah.
Kegamangan ini, pastinya tidak bisa dilihat dari satu sisi negatif saja, alih-alih menjadi suatu respons yang cermat dan waspada terhadap suatu perubahan.
Respons yang sesuai dengan analytical skills, kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap sivitas BRIN, berupa sikap penuh keingintahuan (curiosity), sikap memahami suatu masalah (understanding context), dan kepandaian merancang suatu strategi (strategy).
Dengan suatu harapan dan tekad segera bergerak setelah berakhirnya masa transisi.
Hanya saja, lembah kenyamanan yang selama ini ditempati, memang harus segera dibakar, agar memaksa penghuninya segera berpindah dari zona ini menuju tempat tujuan yang sudah direncanakan.
Baca juga: Riset: Indonesia Bisa Rugi Rp 301 Triliun karena Penyakit Akibat Perubahan Iklim