Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Mimpi Merdeka Meneliti

Kompas.com - 13/06/2022, 16:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Dani Satyawan

Proses pembentukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memberikan kesempatan bagi seluruh sivitas periset Indonesia, untuk melakukan reformasi besar-besaran pengelolaan ekosistem riset nasional, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan dampak riset bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu aspek yang perlu untuk terus disempurnakan adalah pengembangan sistem yang mendorong para periset untuk menuangkan kreativitasnya, dalam mendesain dan mewujudkan riset-riset yang memiliki kebaruan dan potensi manfaat yang besar.

Riset yang memiliki kebaruan cenderung menjelajahi topik-topik yang belum banyak dipahami oleh komunitas riset dunia, sehingga cenderung pula memiliki potensi kegagalan yang tinggi.

Di lain sisi, ketika riset semacam ini berhasil, maka manfaat ekonominya juga lebih besar daripada riset-riset yang bergerak pada wilayah yang lebih aman namun minim inovasi.

Kasus penemuan mRNA sebagai bahan terapi oleh Katalin Kariko, menggambarkan bagaimana kemerdekaan periset untuk menggunakan sumber daya yang ia miliki dapat menghasilkan sesuatu yang besar.

Baca juga: Penelitian BRIN Ungkap Karang Batu Simpan Arsip Data Iklim Masa Lampau

Selama bertahun-tahun, Katalin Kariko selalu menemukan kesulitan untuk mendapatkan pendanaan untuk meneliti mRNA sebagai bahan terapi, karena topik tersebut dianggap tidak memiliki prospek oleh para evaluator pendanaan riset.

Ia baru dapat meneruskan risetnya ketika kebetulan bertemu dengan Drew Weissman, yang tertarik dengan ide-ide Kariko untuk membantunya mengembangkan vaksin.

Di awal kerja sama mereka, penelitian Kariko dibiayai dari dana yang diperoleh Weissman dari National Institute of Health, untuk meneliti topik yang sebenarnya tidak berhubungan dengan mRNA.

Dari situ mereka menghasilkan penemuan yang menjadi dasar pembuatan vaksin mRNA seperti yang dirilis oleh Moderna dan Pfizer, yang pada masa pandemi Covid-19 telah menyelamatkan nyawa banyak orang.

Tanpa kemerdekaan Weissman untuk mengalokasikan dana penelitiannya pada kegiatan sampingan, situasi dunia tentu akan lebih suram dari saat ini.

Kemerdekaan periset juga dapat menjadi solusi masalah dasar riset yang rawan gagal, karena bergerak di ranah yang penuh dengan gap pengetahuan dan pemecahan masalah yang dinamis.

Ketika suatu reagen untuk eksperimen ternyata tidak bekerja dengan baik, periset yang merdeka dapat dengan mudah mencoba reagen lain dengan dana yang dimilikinya, tanpa harus mengajukan rencana anggaran baru dan menunggu siklus pengadaan bahan selanjutnya.

Bayangkan, jika periset tersebut tengah bekerja mengembangkan suatu obat dan ia harus mengikuti siklus pengadaan bahan secara kaku, berapa banyak nyawa pasien yang hilang dalam waktu tersebut, karena tertunda haknya untuk mendapatkan pengobatan baru yang lebih baik?

Mekanisme penggunaan dana yang terlalu ketat, yang disertai dengan sanksi menyeramkan untuk yang gagal sebenarnya juga memiliki efek samping yang merugikan ekosistem riset secara keseluruhan.

Selain hilangnya fleksibilitas, sistem yang ketat cenderung membuat periset untuk main aman dan bergerak menggunakan teknik dan bahan yang telah terbukti berhasil.

Dalam kondisi semacam itu kegiatan riset menjadi stagnan dan tidak berbeda dengan kegiatan praktikum anak sekolah.

Baca juga: Atasi Permasalahan Stunting di Indonesia, Peneliti BRIN Manfaatkan Teknik Analisis Nuklir

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com