KOMPAS.com - Kunang-kunang merupakan serangga yang termasuk Lampyridae, keluarga serangga dalam ordo kumbang Coleoptera atau kumbang bersayap.
Diperkirakan ada 2.000 lebih spesies kunang-kunang yang tersebar di zona beriklim sedang dan tropis di seluruh dunia.
Kunang-kunang adalah serangga yang menjadi petanda datangnya musim panas.
Oleh sebab itu, tak heran jika kemungkinan besar kunang-kunang akan sering terlihat saat cuaca hangat.
Satu hal yang menjadi daya tarik kunang-kunang adalah tubuhnya yang menyala.
Baca juga: Semut Tomcat, Serangga dengan Racun Berbahaya
Kunang-kunang yang menyala memang tampak sangat cantik, namun ini bukan sekadar persoalan keindahan, tetapi juga cara kunang-kunang berkomunikasi.
Dilansir dari Earth Sky, cahaya kunang-kunang merupakan hasil dari reaksi kimia yang disebabkan oleh senyawa organik, luciferin, yang ada di perut kunang-kunang.
Saat udara masuk ke perut kunang-kunang, udara tersebut bereaksi dengan luciferin.
Hal ini menyebabkan reaksi kimia yang menghasilkan cahaya pada kunang-kunang.
Fungsi pertama cahaya dalam tubuh kunang-kunang adalah untuk keselamatan.
Baca juga: Populasi Serangga di Dunia Menurun, Apa Dampaknya bagi Manusia?
Beberapa ahli menduga cahaya kunang-kunang yang mencolok dapat menjadi peringatan bagi predator akan rasa pahit serangga.
Meski demikian, beberapa katak tampaknya tidak mempermasalahkan rasa kunang-kunang.
Faktanya, katak dapat memakan banyak kunang-kunang sehingga mereka sendiri tampak bersinar.
Kemudian, alasan kedua kunang-kunang menyala adalah untuk menarik pasangan.
Cahaya kunang-kunang jantan menandakan keinginan mereka untuk kawin.
Baca juga: Betina Serangga Ini Punya Penis dan Bisa Kawin hingga Berhari-hari
Selain itu, betina yang bersedia untuk kawin juga akan menarik jantan dengan cahaya mereka sendiri.
Terakhir, kunang-kunang menyala untuk menarik mangsa, termasuk kunang-kunang itu sendiri.
Setiap spesies kunang-kunang memiliki pola cahaya, namun beberapa betina meniru pola spesies lain sehingga saat pejantan mendarat di sebelah mereka, pejantan tersebut akan dimakan hidup-hidup.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.