Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/06/2022, 18:30 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

Apabila setelah diperiksa ada kecenderungan ke arah kanker serviks, maka pasien akan diperiksakan ulang secara rutin. Sebaliknya, jika tidak ditemukan maka akan dilakukan pemeriksaan setiap 3 sampai 5 tahun sekali.

"Bukan berarti hasil (pemeriksaan) yang ditemukan negatif, saat ini tidak menderita kanker serviks. Tapi, 3 sampai 5 tahun kemudian harus diulang karena risikonya tetap ada. Ini tidak menjamin apa pun ke depannya tidak akan mengalami kanker serviks," ungkap Amelia.

"Kenapa harus diulang-ulang terus? Karena memang kanker serviks ini enggak bergejala juga, sama seperti halnya genital warts tidak bergejala, keluhannya enggak disadari. Stadium 1, stadium 2, stadium awal biasanya tidak bergejala," sambungnya.

Dia menambahkan, pemeriksaan kanker serviks yang dapat dipicu oleh infeksi HPV perlu dilakukan secara rutin, khususnya pada mereka yang sudah aktif secara seksual dan berusia 30 tahun ke atas.

Baca juga: Mengenal HPV, Virus yang Sebabkan Kanker Serviks Hingga Kutil Kelamin

Pengobatan kutil kelamin

Sementara ini, pengobatan kutil kelamin dapat diberikan secara topikal (oles) maupun melalui pembedahan oleh dokter. Beberapa pilihan tindakan bedah untuk membersihkan kutil kelamin, termasuk:

  • Bedah beku dengan nitrogen cair (cryotherapy)
  • Bedah listrik (elektrokauter)
  • Bedah eksisi
  • Bedah laser
  • Pengangkatan melalui operasi kecil

Pemberian terapi ini, kata dr Amelia, disesuaikan dengan luas dan derajat keparahan penyakit, lokasi, komplikasi terkait terapi, preferensi pasien, ketersediaan terapi, dan penyakit penyerta atau komorbid.

"Pertimbangan pemberian terapi berbeda-beda tiap pasien. Jadi tidak semua pasien dilakukan pengangkatan, semua pasien boleh dilakukan tindakan pengolesan, tidak," terangnya.

Baca juga: 3 Kasus Baru Infeksi Menular Seksual Gonore di Inggris, Banyak Dialami Usia Muda

Pasien dengan kutil kelamin juga perlu melakukan penatalaksanaan non-medis, untuk mencegah penyakit menular kepada pasangan seperti:

  • Menghindari melakukan hubungan seksual selama pengobatan, karena risiko penularannya lebih tinggi kepada pasangan. Selain itu, saat melakukan hubungan seksual ada trauma berulang, yang akan membuat virus HPV semakin banyak, semakin luas dan potensi menularkan ke orang lain lebih besar
  • Setia dengan satu pasangan saja
  • Gunakan kondom atau pelindung untuk menurunkan risiko penularan
  • Menjalani pola hidup sehat dengan menghindari konsumsi alkohol dan merokok

Lebih lanjut, Amelia berkata, idealnya pasien perlu berobat dengan pasangan seksual supaya tidak terjadi efek ping-pong. Dengan demikian, dapat diperiksakan apakah pasangannya juga memiliki kutil kelamin.

"Nanti kita sudah bersih, sudah enggak ada genital warts-nya lagi tapi ternyata partner seksualnya juga ada (kutil kelamin), ini akan balik lagi ke kita. Jadi enggak selesai-selesai siklusnya, ping-pong aja," ucapnya.

Dirinya juga berpesan agar para pasien dengan kutil kelamin tidak ragu atau malu untuk berobat. Sebab, semakin lama penyakit itu dibiarkan bukan tidak mungkin berpotensi terjadi komplikasi penyakit lain seperti kanker serviks.

"Jadi tidak perlu takut diomongin nanti digosipkan dan sebagainya tidak perlu. Karena yang penting keinginan untuk sembuh ada dan mau untuk datang berobat," pungkas Amelia.

 Baca juga: Dokter Ingatkan Kutil Kelamin Bisa Menular Lewat Hubungan Seksual

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com