Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Hepatitis Akut Misterius Anak di Indonesia, Pemerintah Siapkan Laboratorium Khusus

Kompas.com - 06/05/2022, 18:03 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Dikutip dari laman resmi Kemenkes, Minggu (1/5/2022) surat tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, kantor kesehatan pelabuhan (KKP), tenaga kesehatan, serta pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini terhadap kasus hepatitis akut pada anak.

Tata laksana hepatitis akut misterius pada anak

Dijelaskan Hanifah, tata laksana awal terkait hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya telah disusun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan.

Protokol ini, kata dia, telah menetapkan bagaimana penanganan di fasyankes tingkat 1 dan selanjutnya.

Selain itu, para tenaga medis juga sudah disiapkan terkait dengan penanganan kepada pasien yang diduga mengidap hepatitis akut.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, dr Mohammad Syahril mengatakan masyarakat perlu mengenali tanda atau gejala hepatitis akut misterius pada anak.

Sehingga, bila gejalanya muncul para orangtua dapat segera membawa anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

Baca juga: Singapura Konfirmasi Kasus Hepatitis Akut pada Bayi 10 Bulan

"Di rumah sakit sebagai faskes (fasilitas kesehatan) rujukan sudah menyiapkan protokol penatalaksanaan (hepatitis akut misterius anak). Mudah-mudahan kalau tidak terlambat akan selamat pasien ini, jadi jangan sampai pasien sudah tidak sadar baru dibawa ke rumah sakit," ungkapnya.

Menurut Hanifah, gejala hepatitis akut yang dilaporkan mulai dengan gejala gastrointestinal atau gangguan pada saluran cerna seperti diare, mual, muntah, sakit perut, dan terkadang disertai demam.

Setelahnya akan diikuti oleh gejala hepatitis termasuk buang air kecil dengan warna seperti teh, feses yang berwarna pucat, serta mata atau kulit berwarna kuning.

Dari pemeriksaan dokter, kadar SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) ataupun SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase), yang merupakan enzim hati salah satu atau keduanya didapati meningkat di atas 500 U/L.

Jika berlanjut lagi gejalanya, pasien akan mengalami gangguan pembekuan darah dan terjadi penurunan kesadaran yang berisiko pada kematian bila pasien tidak menjalani transplantasi hati.

"Meskipun kita tahu ada hepatitis akut berat yang bisa menimbulkan kematian, para ibu jangan panik. Kita waspada saja, kita temukan gejala itu dari sejak awal agar kita punya waktu untuk bisa menolong anak-anak kita," tutur Hanifah.

Baca juga: 6 Fakta Penyakit Hepatitis Akut Misterius pada Anak yang Harus Diketahui

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com