Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kasus Hepatitis Akut Misterius Anak di Indonesia, Pemerintah Siapkan Laboratorium Khusus

KOMPAS.com - Kasus hepatitis akut misterius pada anak, tengah menjadi perhatian dunia termasuk di Indonesia. Sebab, penyakit yang cenderung menyerang anak-anak ini masih belum diketahui etiologi atau penyebabnya.

Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyediakan rumah sakit rujukan guna menyelidiki kasus hepatitis akut berat. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi penanganan penyakit tersebut.

Kemenkes telah menunjuk Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, serta laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai laboratorium rujukan pemeriksaan spesimen.

"Pemerintah sudah meminta nakes (tenaga kesehatan) dan fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) untuk melakukan pencegahan infeksi dan pengendalian virus," jelas Dokter Spesialis Anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Prof Dr dr Hanifah Oswari, Sp.A(K), dalam konferensi pers daring, Kamis (5/5/2022).

Ia menambahkan, penunjukan RS Sulianti Saroso dan laboratorium FKUI dimaksudkan untuk menginvestigasi penyebab serta penyebarannya yang sudah terjadi di banyak negara.

Kendati demikian, Prof Hanifah belum dapat menyebutkan lebih detail mengenai penyakit hepatitis akut berat di Indonesia lantaran masih dalam penyelidikan.

Dari laporan di banyak negara, lanjut dia, kasus hepatitis akut dialami pada anak usia di bawah 16 tahun. Sedangkan di Inggris, kasus yang diduga disebabkan oleh hepatitis akut banyak dialami anak di bawah usia 5 tahun.

Selanjutnya, Juru Bicara Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, menyampaikan bahwa semua kasus yang terkait dengan adanya sindrom kuning atau hepatitis akut mulai dilaporkan.

Meski ada dugaan penambahan jumlah hepatitis akut pada anak, belum ada kasus yang dikonfirmasi oleh Kemenkes.

"Memang ada penambahan jumlah kasus tetapi belum kasus confirmed, karena perlu dilakukan pemeriksaan genome sequencing untuk mengetahui secara pasti bukan merupakan hepatitis A hingga hepatitis E," papar Nadia.

Di samping itu, penguatan di fasilitas kesehatan dengan adanya rujukan rumah sakit untuk penanganan kasus hepatitis akut yang berat seperti RS Sulianti Saroso telah dilakukan.

"Termasuk pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis pasti terkait penyebab hepatitis akut berat bukan merupakan hepatitis A sampai E," sambungnya.

Sebelumnya, Kemenkes telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Aetiology) pada 27 April 2022.

Dikutip dari laman resmi Kemenkes, Minggu (1/5/2022) surat tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, kantor kesehatan pelabuhan (KKP), tenaga kesehatan, serta pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini terhadap kasus hepatitis akut pada anak.

Tata laksana hepatitis akut misterius pada anak

Dijelaskan Hanifah, tata laksana awal terkait hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya telah disusun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan.

Protokol ini, kata dia, telah menetapkan bagaimana penanganan di fasyankes tingkat 1 dan selanjutnya.

Selain itu, para tenaga medis juga sudah disiapkan terkait dengan penanganan kepada pasien yang diduga mengidap hepatitis akut.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, dr Mohammad Syahril mengatakan masyarakat perlu mengenali tanda atau gejala hepatitis akut misterius pada anak.

Sehingga, bila gejalanya muncul para orangtua dapat segera membawa anaknya ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

"Di rumah sakit sebagai faskes (fasilitas kesehatan) rujukan sudah menyiapkan protokol penatalaksanaan (hepatitis akut misterius anak). Mudah-mudahan kalau tidak terlambat akan selamat pasien ini, jadi jangan sampai pasien sudah tidak sadar baru dibawa ke rumah sakit," ungkapnya.

Menurut Hanifah, gejala hepatitis akut yang dilaporkan mulai dengan gejala gastrointestinal atau gangguan pada saluran cerna seperti diare, mual, muntah, sakit perut, dan terkadang disertai demam.

Setelahnya akan diikuti oleh gejala hepatitis termasuk buang air kecil dengan warna seperti teh, feses yang berwarna pucat, serta mata atau kulit berwarna kuning.

Dari pemeriksaan dokter, kadar SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) ataupun SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase), yang merupakan enzim hati salah satu atau keduanya didapati meningkat di atas 500 U/L.

Jika berlanjut lagi gejalanya, pasien akan mengalami gangguan pembekuan darah dan terjadi penurunan kesadaran yang berisiko pada kematian bila pasien tidak menjalani transplantasi hati.

"Meskipun kita tahu ada hepatitis akut berat yang bisa menimbulkan kematian, para ibu jangan panik. Kita waspada saja, kita temukan gejala itu dari sejak awal agar kita punya waktu untuk bisa menolong anak-anak kita," tutur Hanifah.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/05/06/180300923/kasus-hepatitis-akut-misterius-anak-di-indonesia-pemerintah-siapkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke