Jamur juga mempunyai kandungan kalori yang sangat rendah sehingga cocok bagi pelaku diet.
Beberapa peneliti melaporkan bahwa riboflavin, asam nicotinat, pantothenat, dan biotin (Vitamin B) masih terpelihara dengan baik meskipun jamur telah dimasak.
Selain itu beberapa jamur pangan juga mengandung senyawa bioaktif yang mempunyai sifat antikanker, antioksidan, anti bakteri dan antikolesterol.
Kandungan protein yang tinggi dan komposisi asam amino yang relatif lengkap, membuat jamur pangan berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber protein non hewani.
Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Ketahanan Pangan Indonesia, Apa Dampaknya?
Selain itu, karena tekstur jamur pangan lebih menyerupai daging hewan dibandingkan dengan sayuran, beberapa produk olahan jamur pangan seperti sosis, bakso, nugget, kripik dan olahan masakan seperti sate jamur, rendang jamur, tongseng jamur, sop jamur mempunyai cita rasa yang dapat bersaing dengan olahan masakan berbahan daging.
Saat ini di kelompok riset Biologi Jamur Pangan, Pusat Riset Mikrobiologi Terapan, BRIN sedang dikembangkan produk olahan berbahan dasar jamur pangan seperti minuman jamur, makanan pendamping air susu ibu (MPASI) hingga patty jamur yang saat ini sedang dalam proses pendaftaran paten.
Potensi penggunaan jamur pangan sebagai sumber protein bisa dilakukan, karena harga jamur pangan sangat lebih murah dibandingkan daging sapi dengan kualitas protein yang hampir sama.
Budidaya jamur pangan juga menggunakan limbah organik untuk budidayanya dan limbah media tanam jamur pangan dapat digunakan sebagai pupuk organik sehingga lebih ramah lingkungan.
Iwan Saskiawan
Pusat Riset Mikrobiologi Terapan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.