Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Vista Budiariati

Dosen Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Potensi Daging Sintetis untuk Pemenuhan Pangan Masa Depan (1)

Kompas.com - 28/12/2021, 12:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Vista Budiariati dan Erwin Fajar Hasrianda

Salah satu film yang cukup menarik di tahun 2019 adalah Avenger End Game di mana salah satu tokoh utamanya, Thanos, berkeinginan untuk melenyapkan separuh populasi semesta dengan jentikan jari.

Hal ini cukup menggelitik karena fakta yang ada menunjukkan, bahwa memang populasi makhluk hidup di bumi khususnya manusia terus meningkat seiring dengan berjalannya waktu.

Populasi global saat ini berkisar pada angka 7.3 milIar dan dikalkulasikan akan melewati angka 9 milIar pada 2050 (Chriki dan Hocquette, 2020).

Peningkatan ini berkebalikan dengan ketersediaan area yang cukup baik untuk pemukiman, lahan pertanian, maupun lahan terbuka hijau sebagai sumber oksigen yang krusial bagi kehidupan.

Baca juga: Manfaat Makan Daging Ayam untuk Kesehatan Menurut Sains

Berbagai inovasi dilakukan sebagai bentuk adaptasi dan upaya mempertahankan kondisi seimbang dan ideal untuk dapat terus mendiami bumi.

Efisiensi dan efektivitas desain arsitektur terus berkembang, dengan desain bangunan menjulang tinggi dan pengaturan ruang yang tidak boros lahan.

Sumber energi ramah lingkungan masif diupayakan di berbagai industri dan sektor rumah tangga.

Sektor kesehatan juga terus berupaya dan mensosialisasikan bagaimana perencanaan jumlah anggota keluarga menjadi penting tidak hanya untuk kesejahteraan tetapi juga terkait dengan keberlanjutan dan keseimbangan kehidupan yang harmonis.

Salah satu aspek lain yang menjadi pertanyaan penting kemudian adalah, apabila jumlah populasi tidak henti meningkat, berkebalikan dengan jumlah lahan yang terus berkurang, di masa depan, apa yang dapat kita makan?

Tentu kita tidak bisa membantah fakta bahwa pangan yang dikonsumsi saat ini merupakan hasil dari sektor pertanian termasuk di dalamnya peternakan yang dihasilkan dari pemanfaatan lahan dengan area muka bumi yang sangat luas.

Intensifikasi terus digalakkan untuk mencoba mengatasi problem tersebut. Tetapi hal ini juga tidak lantas menyelesaikan masalah begitu saja.

Kesejahteraan hewan adalah salah satu hal yang terkadang tergeser atas alasan memaksimalkan hasil dari sektor peternakan. Alih alih mengatasi permasalahan, ini justru menimbulkan polemik baru.

Perkembangan bioteknologi dan teknik laboratorium kemudian memunculkan suatu ide ‘gila’ dari peneliti di dunia tentang, bagaimana jika kelak kita bisa memproduksi daging di laboratorium?

Daging yang menjadi sumber protein hewani paling utama di dunia mungkin dapat diformulasikan dengan berbagai perekayasaan dimana keempukan, kadar air, komposisi lemaknya dapat diatur dengan tidak menambah area peternakan atau mengabaikan aspek kesejahteraan hewan.

Definisi Daging Sintetis

Daging sintetis atau daging in vitro merujuk pada jenis daging yang diproduksi dalam lingkungan artifisial (buatan) yang dapat dikontrol kondisinya (laboratory setting environment) dengan menggunakan teknologi kultur jaringan / kultur sel hewan.

Van der Weele (2010), menuliskan bahwa ide mendasar dari daging in vitro adalah proses produksi daging melalui metode teknologi kultur jaringan dan/atau 3D-printing makanan.

Daging in vitro diproduksi dengan diawali mengambil sampel kecil dari sel-sel protein dan sel-sel lemak hewan.

Sejumlah kecil sel-sel induk ini kemudian ditumbuhkan (diperbanyak) di medium kaya nutrisi sehingga sel-sel indukan tersebut pada akhirnya bertumbuh membentuk serupa jaringan aslinya, seperti yang normal terdapat di tubuh hewan namun pada medium kultur jaringan.

Untuk menumbuhkan daging (jaringan otot hewan) beserta dengan jaringan membran-membrannya yang kompleks melalui teknologi in vitro, dibutuhkan konstruksi perbanyakan sel-sel dalam skema tiga dimensi, dan tidak sekedar dua dimensi (satu lapis sel) saja (Dillard-Wright, 2014).

Perbanyakan daging secara in vitro umumnya diperbanyak di dalam bioreaktor-bioreaktor khusus.

Penggunaan bioreaktor memungkinkan untuk memadukan berbagai jenis nutrient medium serta mengatur faktor-faktor pertumbuhan sel-sel hewan secara terukur dan terkontrol penuh dan steril.

Sebagai catatan, keseimbangan komposisi dan konsentrasi campuran spesifik nutrient-nutrient yang tepat adalah hal yang sangat berperan penting untuk dapat menumbuhkan daging secara in vitro (Datar & Betti, 2010).

Kondisi dengan bioreaktor yang terkontrol penuh dan steril ini turut berdampak positif ke tidak dibutuhkannya suplai antibiotik dalam proses produksi daging. Suatu kondisi yang sulit diwujudkan di industri peternakan konvensional.

Pengaturan ini juga dilakukan untuk dapat menstimulasi dengan baik tingkat pertumbuhan, perbanyakan dan diferensiasi sel-sel indukan di luar tubuh asli hewan.

Baca juga: Bahaya Mengonsumsi Daging Mentah bagi Kesehatan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com