KOMPAS.com - Garis keturunan varian Omicron terus bermunculan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum lama ini umumkan cucu dari varian virus corona ini, yakni subvarian BA.3 Omicron.
Seperti yang sering disampaikan oleh para ahli dan ilmuwan, bahwa setiap setiap virus akan bermutasi pada suatu waktu, dan melalui mutasi ini, maka galur virus baru muncul.
Virus dapat terpecah menjadi subvarian atau sub-garis keturunan saat bermutasi menjadi varian.
Dilansir dari Healthsite, Selasa (8/3/2022), sebuah laporan menunjukkan bahwa variasi varian Delta terdiri dari sekitar 200 subvarian.
Sedangkan varian Omicron yang saat ini menjadi varian virus corona yang mendominasi di dunia, memiliki beberapa subvarian, di antaranya BA.1, BA.2, BA.3 dan B.1.1.529, dengan subvarian BA.1 yang mendominasi saat ini.
Para ilmuwan juga telah memperingatkan bahwa masyarakat dunia juga perlu mewaspadai subvarian Omicron BA.2. Kini, para pakar WHO pun menunjukkan bahwa kemungkinan ada garis keturunan Omicron BA.3 lainnya.
Baca juga: WHO Telah Mengidentifikasi Subvarian BA.3 Omicron, Seperti Apa Karakteristiknya?
Terkait munculnya cucu Omicron ketiga, yakni subvarian BA.3 ini disampaikan Maria Van Kerkhove, Infectious Disease Epidemiologist dan WHO Covid-19 Technical Lead pada 5 Maret 2022 lalu.
Kerkhove mengungkapkan bahwa tingkat keparahan subvarian BA.2 dan BA.1 dari Omicron adalah serupa, demikian dengan subvarian BA.3 di antara semua garis keturunan varian Omicron.
Menurut data WHO, varian Omicron meliputi garis keturunan Pango B.1.1.529 dan garis keturunan Pango BA.1, BA.1.1, BA.2 dan BA.3.
Munculnya sublineage BA.3 juga telah dikonfirmasi dalam sebuah studi yang telah dipublikasikan di Journal of Medical Virology pada 18 Januari 2022.
Sublineage BA.3 awalnya ditemukan di barat laut Afrika Selatan. Menurut studi ini, hanya ada 0,013 persen dari total sekuens genom yang diunggah ke database GISAID pada 11 Januari 2022 lalu, yakni adalah subvarian BA.3 Omicron.
Studi ini juga menemukan BA.3 memiliki mutasi yang lebih sedikit dibandingkan subvarian BA.1 yang saat ini mendominasi penularan.
Para peneliti pun berasumsi bahwa hilangnya mutasi tersebut dapat menjadi salah satu alasan tingkat infeksi BA.3 cucu Omicron ini cenderung lebih rendah.