Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Subvarian BA.2 Omicron Meningkat, Studi Ungkap Tanda-tanda Keparahan

Kompas.com - 19/02/2022, 09:01 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber CNN


KOMPAS.com - Virus BA.2, subvarian dari varian virus Omicron, tidak hanya menyebar lebih cepat dibandingkan varian lainnya, tapi juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah dan tampaknya mampu menggagalkan antibodi untuk melawannya.

Sebuah eksperimen laboratorium terbaru dari Jepang menunjukkan bahwa subvarian BA.2 kemungkinan mempunyai fitur yang membuatnya mampu menyebabkan penyakit serius seperti varian sebelumnya, termasuk varian Delta.

Seperti Omicron, tampaknya sebagian besar lolos dari kekebalan yang diciptakan vaksin. Adapun suntikan booster mengembalikan perlindungan, membuat penyakit setelah infeksi sekitar 74 persen lebih kecil.

Selain itu, subvarian BA.2 Omicron juga resisten terhadap beberapa pengobatan, termasuk sotrovimab, antibodi monoklonal yang saat ini digunakan untuk melawan Omicron.

Temuan ini telah diunggah sebagai studi pracetak di bioRxiv, sebelum peer review. Biasanya, sebelum sebuah penelitian dipublikasikan di jurnal medis, studi diteliti oleh para ahli independen.

“Mungkin dari sudut pandang manusia, virus yang lebih buruk dibandingkan BA,1, serta dapat menularkan lebih baik dan menyebabkan penyakit yang lebih buruk,” ujar kepala bagian mikrobiologi di Klinik Cleveland di Ohio Dr. Daniel Rhoads, yang tidak terlibat dalam studi Covid-19 Omicron seperti dikutip dari CNN Internasional, Jumat (18/2/2022).

Baca juga: WHO: Subvarian BA.2 Son of Omicron Akan Meningkat Secara Global

Kasus subvarian BA.2 Omicron meningkat dan Son of Omicron ini diketahui sangat bermutasi dibandingkan dengan virus corona penyebab infeksi Covid-19 asli yang muncul di Wuhan, China. 

Subvarian ini juga mempunyai luasinan perubahan gen yang berbeda dari strain Omicron asli, membuatnya berbeda dari virus pandemi terbaru seperti Alpha, Beta, Gamma, dan Delta.

Seorang peneliti di Universitas of Tokyo yang melakukan penelitian, Kei Sato mengungkapkan bahwa temuan studi terbaru Covid-19 ini membuktikan bahwa BA.2 tidak boleh dianggap sebagai jenis Omicron dan perlu dipantau lebih ketat.

Ini dikarenakan BA.2 tidak muncul pada tes PCR sebagai kegagalan target gen S, seperti yang dilakukan Omicron. Sehingga, laboratorium harus mengambil langkah ekstra dan mengurutkan virus untuk menemukan varian ini.

“Menetapkan metode untuk mendeteksi BA.2 secara khusus akan menjadi hal pertama yang perlu dilakukan banyak negara,” papar Sato.

Bahkan, salah satu peninjau studi Omicron Covid-19 yang tidak terlibat dalam penelitian, seorang ahli virus di Fakultas Kedokteran Universitas Washington Deborah Fuller menyampaikan kemungkinan penamaan untuk virus ini.

“Sepertinya kita mungkin melihat huruf Yunani baru di sini (kemungkinan subvarian BA.2 Omicron masuk daftar baru varian virus corona SARS-CoV-2),” ujarnya.

Baca juga: Subvarian Omicron BA.2 Sudah Menyebar di 5 Negara Afrika, WHO Sebut Sulit Dideteksi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com