Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Subvarian BA.2 Omicron Meningkat, Studi Ungkap Tanda-tanda Keparahan

Kompas.com - 19/02/2022, 09:01 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber CNN

Kasus subvarian BA.2 Omicron di dunia

Subvarian BA.2, sekitar 30-50 persen lebih meular dibandingkan Omicron. Ini telah terdeteksi di 74 negara dan 47 negara bagian Amerika Serikat (AS).

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memperkirakan bahwa sekitar 4 persen orang Amerika dengan infeksi corona saat ini mempunyai infeksi yang disebabkan oleh BA.2.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), subvarian ini telah menjadi dominan di setidaknya 10 negara lain seperti Bangladesh, Brunei, China, Denmark, Guam, India, Motenegro, Nepal, Pakistan, dan Filipia.

Tak ada bukti beragam mengenai tingkat keparahan BA.2 di dunia nyata. Rawat inap terus menurun di negara-negara dengan BA.2 telah mendapatkan pijakan seperti Afrika Selatan dan Inggris.

Namun, di Denmark, subvarian BA.2 telah menjadi penyebab utama infeksi, rawat inap, dan kematian.

Baca juga: WHO Resmi Masukkan Subvarian BA.2 Son of Omicron Jadi Variant of Concern

Perawatan antibodi monoklonal untuk pasien Omicron BA.2

Studi baru menemukan subvarian BA.2 dapat menyalin diriya sendiri dalam sel lebih cepat dibandingkan BA.1, versi asli Omicron.

Selain itu, subvarian BA.2 Omicron juga lebih mahir menyebabkan sel-sel saling menempel, yang memungkinkan virus untuk membuat gumpalan sel yang lebih besar atau syncytia, dibandingkan BA.1.

Hal ini mengkhawatirkan karena gumpalan tersebut akan menjadi pabrik untuk menghasilkan lebih banyak salinan virus.

Sebagai informasi, varian Delta juga pandai menciptakan syncytia, yang dianggap sebagai salah satu alasan kerusakan paru-paru.

Saat para peneliti menginfeksi hamster dengan subvarian BA.2 dan BA.1, hewan yang terinfeksi BA.2 menjadi lebih sakit dan memiliki fungsi paru-paru yang lebih buruk.

Baca juga: Son of Omicron Subvarian BA.2 Diklaim Lebih Cepat Menular, Studi Jelaskan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com