Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Drakor Viral Forecasting Love and Weather, BMKG Jelaskan Sulitnya Prakirakan Cuaca Indonesia

Kompas.com - 14/02/2022, 17:00 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Netflix kembali mengeluarkan serial drama Korea (drakor) terbaru yang berjudul Forecasting Love and Weather. Uniknya, drama ini mengangkat tema pelayanan prakiraan cuaca di Badan Meteorologi Nasional Korea Selatan.

Dengan topik utama drakor terbaru ini; Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia pun menjadi ramai diperbincangkan di media sosial Twitter. Sebab, salah satu pekerjaan yang diemban BMKG yaitu menganalisis dan memprakirakan atau memprediksi cuaca.

Sebuah akun informasi di Twitter yakni @infodrakor_id mencolek BMKG dengan menuliskan, #ForecastingLoveAnd Weather drama tenang petugas BMKG.

"Sedetail itu bahasan cuacanya karena cakkanimnya sampe research selama 2 tahun di BMKG. Ternyata memprediksi cuaca itu sulitnya minta ampun. Drama ini dibumbui romance kantoran yang klimaks," tulis @infodrakor_id.

Baca juga: Turun Hujan Saat Cuaca Panas, Kenapa Bisa Terjadi? Ini Penjelasan Sains

Menanggapi cuitan tersebut, akun resmi BMKG @infoBMKG pun membalasnya dengan mengungkapkan bahwa pada kenyataannya memprakirakan cuaca memang sulit, termasuk cuaca Indonesia.

Lantas, mengapa memprediksi atau memprakirakan cuaca sangat sulit untuk di Indonesia?

BMKG menyebutkan, Indonesia merupakan negara yang prakiraan cuacanya terbilang sulit karena merupakan negara kepulauan yang terletak di antara dua benua serta dua samudera, sehingga faktor pembentuk cuacanya sangat kompleks.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, A Fachri Radjab, mengatakan, faktor pembentuk cuaca atau dinamika atmosfer yang sangat kompleks itu dipengaruhi oleh letak geografis dan bentuk topografi yang beragam.

Letak geografis dan bentuk topografi yang berbeda ini membuat setiap wilayah di Indonesia memiliki karakteristik cuaca dan iklim yang berbeda-beda.

"Selain itu, posisi Indonesia yang berada di ekuator atau khatulistiwa juga menambah kompleksitas dinamikan atmosfer kita," kata Fachri kepada Kompas.com, Senin (14/2/2022).

Baca juga: Adanya 3 Pola Hujan Bikin Suhu di Jawa Kebalikan dengan Kalimantan

Dalam membuat prakiraan cuaca, BMKG akan menganalisis berbagai data dan fenomena mulai dari fenomena global seperti El Nino atau La Nina dan Dipole mode sampai skala reginonal seperti siklon tropis dan monsoon hingga skala lokal seperti angin darat-laut, angin gunung-lembah.

"Kesemua fenomena tersebut ada di Indonesia dan harus dicermati dalam membuat prakiraan cuaca," ujarnya.

Selain prakiraan cuaca harian yang sangat kompleks, pola musim hujan di Indonesia juga cukup unik karena setiap daerah memiliki pola musim hujan yang berbeda-beda, sehingga kadang satu daerah memasuki musim hujan sementara daerah lainnya masih musim kemarau.

Untuk diketahui, tiga pola hujan di Indonesia yaitu tipe monsunal, ekuatorial dan lokal.

Dalam gambaran peta pola hujan di Indonesia, pola iklim monsunal ada di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sumatera, dan sebagian Kalimantan. Sementara itu, pola iklim ekuatorial ada di daerah Sumatera bagian utara dan pesisir baratnya, dan Kalimantan bagian utara. 

Daerah yang memiliki tipe hujan monsunal, dalam satu tahun memasuki musim hujan pada Oktober sampai Maret, dan puncaknya ada pada Desember sampai Februari.

Baca juga: Mengapa Saat Tahun Baru Imlek Selalu Hujan? Ini Penjelasan Pakar

 

Sementara itu, pada pola ekuator; hujan diprediksi turun pada bulan Maret, Mei sampai Agustus, dan Desember. Sebaliknya, periode kering terjadi pada Januari sampai Februari, dan disambung Juni hingga Juli.

Alhasil, ketika wilayah pulau Jawa sedang dalam periode kering; daerah yang memiliki tipe hujan ekuatorial di beberapa lokasi, seperti wilayah Kalimantan bagian utara, Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, masih hujan.

Untuk daerah dengan tipe hujan lokal, periode kering terjadi pada September sampai April, dan periode hujan terjadi pada Mei sampai Agustus.

Dengan begitu, seorang forecaster atau prakirawan cuaca yang bertugas dalam memprakirakan cuaca perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang atmosfer, serta pengalaman dan keberanian dalam membuat keputusan.

Sebab, setiap daerah dan negara memiliki ciri kondisi cuaca yang khas, sehingga setiap prakirawan cuaca harus memahami karakteritsik cuaca di tempat ia bertugas.

Pada dasarnya membuat prakiraan cuaca tak lepas dari kaidah ilmu fisika, ilmu matematika dan filosofi dinamika atmosfer. Sebelum membuat prakiraan cuaca, seorang prakirawan harus menganalisis kondisi cuaca.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com