Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampanye UNICEF #DihantuiTai, 70 Persen Sumber Air Minum di Indonesia Tercemar Limbah Tinja

Kompas.com - 12/02/2022, 19:01 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Bahaya limbah tinja dalam air minum

Limbah tinja memiliki dampak kesehatan yang cukup serius jika masuk ke dalam tubuh.

Tinja manusia pada umumnya berisikan beragam bakteri (seperti Vibrio cholerae, Shigella, Salmonella thypii, dan lain-lain), virus (seperti virus hepatitis A, hepatitis B, virus polio dan lain-lain), cacing (seperti cacing pita dan cacing yang ditularkan melalui tanah) dan mikroorganisme patogen lainnya yang menyebabkan penyakit berbahaya, terutama untuk anak-anak.

Data dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menyatakan bahwa diare menyebabkan lebih dari 2,000 anak meninggal setiap harinya, lebih dari kematian akibat AIDS, malaria maupun cacar.

Lebih lanjut, diare yang berturut-turut dapat menghambat pertumbuhan fisik dan intelektual (yang sering disebut dengan stunting) akibat gangguan pencernaan yang mengganggu penyerapan nutrisi dan menyebabkan pertumbuhan kognitif yang rendah.

Baca juga: Air Laut Bisa Jadi Air Minum Melalui Proses Desalinasi, Begini Caranya

 

Dengan begitu, dampak dari kontaminasi tinja ini sangat besar dan perlu penanganan secara lebih serius, yang berisiko pada kematian.

Tantangan dan target

Salah satu tantangan utama dalam meningkatkan akses ke sanitasi aman adalah kesadaran masyarakat yang rendah terhadap risiko kesehatan masyarakat akibat pengelolaan tangki septik yang tidak memadai.

Tidak hanya itu, frekuensi pengurasan tangki yang juga rendah—banyak keluarga belum memahami pentingnya menghubungkan toilet dengan sistem pembuangan dengan pipa atau bahwa tangki septik perlu dibersihkan secara berkala.

Melalui kampanye yang dilaksanakan secara daring ini, UNICEF menyerukan kepada rumah-rumah tangga Indonesia untuk memasang, memeriksa, atau mengganti tangki septiknya serta rutin menguras tangki minimal satu kali setiap tiga hingga lima tahun.

Baca juga: Studi: Akses Air Minum Indonesia sudah Layak, tapi Hanya 11,2 Persen yang Aman

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com